Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Seorang siswi di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen berinisial Z mendapatkan teror dari salah satu anggota Rohis (Rohani Islam) karena tidak memakai hijab.
Hal ini disampaikan sendiri oleh orang tua Z, Agung Purnomo.
Menurut Agung, teror yang menyerang putrinya lewat pesan singkat WhatsApp itu sampai membuat Z tidak mau sekolah.
"Tadi pagi anak saya nangis, saya minta mandi enggak mau, enggak mau sekolah akhirnya tadi saya ajak meeting di Jogja daripada di rumah nangis terus tapi tadi saya sudah izinkan ke sekolah," terang Agung, seperti yang dikutip dari Tribun Jateng.
Agung juga menambahkan, teror yang menyasar anaknya tersebut sudah berlangsung sejak sepekan anaknya menjadi siswi di sekolah tersebut.
"Saya awalnya merasa mungkin adaptasi anak terhadap sekolah baru karena baru masuk SMA tapi lama-kelamaan ternyata mengganggu anak saya akhirnya diblokir oleh anak saya," terang Agung lebih lanjut.
Namun setelah diblokir, ternyata aksi teror masih berlanjut.
Anggota rohis yang diketahui berinisial S tersebut melakukan spam terhadap teman-teman Z untuk meneruskan pesan teror kepadanya.
"Setelah diblokir ternyata anak rohis tersebut melakukan spam terhadap teman-teman anak saya untuk menyampaikan pesan ke anak saya dan lama-lama tidak sopan dan menjurus ke intoleransi," kata Agung.
Adapun isi pesan terornya adalah seperti berikut.
"Nk wes ketemu dalil nggo ngentukke seorang muslimah boleh tidak berhijab dengan dalil yg riwayat e shahih (Kalau sudah ketemu dalil untuk menentukan seorang muslimah boleh tidak berhijab dengan dalil yang riwayatnya shahih),"
"Iso dipertanggungjawabkan (Bisa dipertanggung jawabkan),"
Baca Juga: Patahkan Ramalan Mbak You Tahun Lalu, Puput Nastiti Lahirkan Anak dari Ahok
"Aku gelem ketemu... (Aku mau ketemu...),"
"Yen urung ketemu dalil e tuwasan dadi DEBAT KUSIR... (Kalau belum ketemu dalilnya telanjur jadi debat kusir),"
"Jazaakillahu Khoiron. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah..."
"Tolong sampaikan ke fulanah tersebut suruh menyampaikan masalah ini ke ortu ne... (Tolong sampaikan ke dia suruh menyampaikan masalah ini ke orang tuanya),"
"INGAT jangan sekali-sekali bawa masalah ini ke sekolah dan (jangan) sampai melapor ke kesiswaan. Karena ini masalah agama.."
Baca Juga: Chen EXO Umumkan Bakal Nikahi Kekasihnya, SM Entertainment Angkat Bicara!
"Aki ki ngelekke wonge bukan berarti aku anyel.. (Aku itu ngasih tahu orangnya bukan berarti aku sebal),"
"Aku ANYEL mergo syariat Allah diremehkan.. Di rendahkan.. Dianggap sesuatu sing ora WAJIB (Aku sebal karena syariat Allah diremehkan, direndahkan, dianggap sesuatu yang tidak wajib),"
"Sik tak takon menutup aurat kie WAJIB po Sunnah? (Yang aku tanya, menutup aurat itu wajib atau sunnah?),"
Kasus intoleran ini pun kemudian mencuat di media sosial pada Rabu (08/01/2020) hingga membuat Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah menerjunkan tim untuk melakukan investigasi.
Kasus intoleran ini pun akhirnya selesai setelah tim Disdikbud Jateng tersebut melakukan klarifikasi kepada beberapa pihak.
"Kemarin tim sudah turun ke lapangan dan melakukan berbagai tindakan. Alhamdulillah kasus ini sudah selesai," ungkap Kepala Disdikbud Jateng, Jumeri, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
"Semua pihak sudah memberikan penjelasan dan Z juga sudah menerima dan hari ini dia sekolah seperti biasa," lanjutnya.
Baca Juga: Pertama Kali Kolaborasi Bareng Rhoma Irama, Iwan Fals: Bukan Sekadar Soal Musik
Jumeri mengatakan, teror yang menyasar Z ini dilakukan oleh temannya sendiri karena melihat Z menjadi satu-satunya siswi yang tidak mengenakan hijab di sekolah itu.
"Z adalah satu-satunya siswi di SMAN I Gemolong yang tidak menggunakan jilbab. Kemudian teman-temannya mengirim pesan melalui WA itu. Teman-temannya mengingatkan bahwa Z keliru karena tidak memakai jilbab,” terangnya.
Kendati demikian, Jumeri menegaskan, apa yang dilakukan oleh teman-teman Z adalah tindakan intimidasi dan intoleransi.
“Kami mengumpulkan seluruh siswa SMAN I Gemolong, kepala sekolah, guru, pembina Rohis dan pengurus OSIS untuk diberi pengarahan dan pembinaan. Kami tidak ingin, ke depan masalah intoleransi ini kembali terjadi. Semuanya harus saling menghormati dan menghargai perbedaan,” jelasnya.
(*)