Grid.ID - Kisah cinta mendiang Ria Irawan dan Mayky Wongkar begitu dramatis.
Berawal dari penolakan berkali-kali, pinangan Mayky Wongkar akhirnya diterima Ria Irawan.
Ria Irawan dinikahi Mayky Wongkar pada 23 Desember 2016.
Sejak saat itu, Mayky Wongkar pun dijuluki sebagai suami yang setia menemani dan merawat istrinya yang merupakan pejuang kanker.
Baca Juga: Bisikan Terakhir Mayky Wongkar Untuk Ria Irawan: Kalau Ketemu Tuhan Ajak-ajak Saya
Pasangan yang terpaut usia belasan tahun ini juga menjadi potret pasangan harmonis.
Meski begitu, ternyata rumah tangga mereka juga pernah diterpa prahara.
Mayky Wongkar mengaku pernah meninggalkan Ria Irawan karena cek-cok.
"Ninggalin almarhum karena emang normallah ya ada cek cok karena pasien cancer ini," ucap Mayky Wongkar dikutip dari tayangan Pagi-pagi Pasti Happy episode Selasa (14/1/2020).
Mayky Wongkar beranggapan bahwa pasien penderita kanker memiliki emosional yang tak stabil. Itulah yang menjadi pemicu cek-cok antara Mayky dan Ria.
Tapi Mayky tak mudah menyerah, selama bertahun-tahun Mayky belajar untuk berjuang bersama Ria Irawan.
"Makanya saya tetep belajar saya selalu bilang sama Ria kasih waktu saya untuk belajar never give up ya pokoknya selalu berjuang."
"Saya selalu minta waktu sama Ria untuk belajar kalau saya tertinggal jangan ditinggalkan jadi bawa saya gandeng saya," tutur Mayky dengan diikuti tetesan air matanya.
Bukti kesabaran Mayky Wongkar pun terlihat. Ketika cek-cok dengan Ria Irawan, Mayky masih saja menjalani kewajibannya untuk merawat dan mempersiapkan segala hal untuk prosedur pengobatan sang istri.
"Kalau saya waktu itu ribut ninggalin almarhum bukan berarti saya mau benar-benar meninggalkan tapi saya selesaikan semua."
"Kalau saya rasa udah cukup, almarhum juga udah bisa ketemu dokter. Tapi saya sudah prepare kan semua baru saya pergi," cerita Mayky Wongkar.
Mayky disebut sempat meninggalkan Ria Irawan, padahal kenyataannya Mayky hanya butuh waktu untuk merelaksasi diri.
"Saya pergi untuk merefleksi saya juga ga lama perginya ya cari kopi menenangkan diri saya
"Saya juga belajarnya dari almarhum kan karena emosi psikologis pasien ini kan banyak chemical yang masuk jadi kadang2 saya bingung harus berbuat apa tindakan apa yang bikin dia nyaman."
(*)