Padahal saat acara penobatannya sebagai Kaisar China ia masih menangis, merengek ketakutan duduk di atas singgasana kerajaan.
Saat menjabat sebagai Kaisar Si kecil Pu Yi hidup bagaikan di sangkar emas.
Ia hidup sangat mewah, menghabiskan emas kerajaan Qing yang bahkan seakan tidak pernah habis walaupun dibelanjakan terus menerus.
Bahkan setiap harinya 35 jenis makanan selalu dihidangkan ke hadapan Kaisar Pu Yi saat dirinya hendak bersantap.
Namun ia hanya memilih 2 jenis saja untuk dimakan.
Semua orang di China tunduk akan sabdanya karena ia adalah kaisar yang masyarakat China menganggapnya sebagai titisan Dewa Matahari.
Namun karena ia hanya bocah ingusan tetap saja banyak petinggi kerajaan lain yang mengadakan kudeta terhadap tahtanya.
Saat Pu Yi menjadi kaisar pun banyak orang menganggap dirinya hanya kaisar boneka yang dikendalikan petinggi-petinggi lain kerajaan.
Hingga akhirnya kaum Republik melancarkan Revolusi Xinhai atau Revolusi China pada 12 Februari 1912 yang mengubah sistem pemerintahan China dari monarki menjadi republik.
Revolusi itu menandai berakhirnya masa dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di China selama 2.000 tahun.
Sejak saat itu nasib Pu Yi bagaikan jatuh dari langit ke tanah.
Walaupun Pu Yi muda sempat dimanfaatkan Jepang sebagai bahan propaganda terhadap pemerintahan Republik China pimpinan Sun Yat-sen, akhirnya Jepang kalah perang dan nasib mantan kaisar Qing itu tak lebih dari seorang budak.