Laporan Wartawan Grid.ID, Seto Ajinugroho
Grid.ID - Jika ada siang maka ada malam.
Jika ada matahari maka ada bulan.
Bulan amatlah penting bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi.
Contoh saja, bulan berfungsi sebagai alat penghitungan kalender.
( BACA JUGA: Diduga Kurang Gerak Saat Hamil, Nycta Gina Susah Melahirkan Secara Normal )
Gravitasi bulan juga berpengaruh terhadap pasang-surutnya air di bumi.
Dan yang paling penting, bulan sebagai satelit alami bumi melindungi bumi dari tabrakan asteroid dan komet luar angkasa.
Sebegitu pentingnya bulan, namun apakah kalian pernah berpikir kenapa bulan bisa ada?
Jangan hanya bisa menjawab Tuhan yang tahu, tapi inilah hipotesa (perkiraan awal) bagaimana bulan terbentuk.
( BACA JUGA: Rio Dewanto Merasa Mendapat Kutukan Kopi... )
Hipotesis itu dinamai Giant impact hypothesis.
Giant impact merupakan teori paling realistis yang dikemukakan oleh para ilmuwan untuk mendapat jawaban bagaimana bulan terbentuk.
Seperti planet lain, Bumi terbentuk dari awan debu serta gas yang mengitari matahari muda.
Pembentukan tata surya ini penuh dengan berbagai macam tumbukan antara planet dan objek luar angkasa lainnya.
( BACA JUGA: Chairunnisa Katakan Ini Soal Sifat Andika Kangen Band yang Dijuluki "Babang Tamvan" )
Termasuk bumi yang juga harus mengalami tabrakan dengan planet dan objek lainnya di luar angkasa.
Teori ini mengatakan bahwa bumi yang masih di awal pembentukkannya ditabrak oleh objek terbang di luar angkasa.
Objek yang menabrak bumi itu dinamai Theia, ukurannya sebesar planet Mars.
Potongan-potongan atau puing hasil tabrakan kemudian terlempar di luar angkasa.
( BACA JUGA: VIDEO - Nikita Mirzani Minta Lucinta Luna Tunjukan Hal Ini Jika Ingin Buktikan Dirinya Perempuan )
Potongan-potongan kerak Theia dan bumi kemudian diikat oleh gravitasi sehingga lama kelamaan membentuk bulat layaknya sebuah planet kecil.
Nah, benda kecil bulat itulah yang kini kita sebut sebagai bulan.
Lantas apa dasar para ilmuwan berani mengeluarkan hipotesis seperti itu?
Hipotesis didapat ketika misi Apollo yang mendaratkan Neil Armstrong ke bulan kembali ke bumi dengan membawa sampel bebatuan bulan.
( BACA JUGA: Pantau Pergaulan Anak, Natalie Sarah Rela Jadi Followers Instagram Teman-teman Anaknya )
Setelah diteliti, batuan bulan rupanya mirip dengan bebatuan yang berasal dari kerak bumi.
Ilmuwan juga menyatakan melalui sampel bebatuan itu ditemukan bahwa jenis bebatuan di bulan tidak solid.
Ketidaksolidan bebatuan ini mengindikasikan memang bulan dibentuk dari 'kumpulan' kerak hasil tabrakan Bumi dan Theia.
Menurut NASA, "Ketika Bumi muda dan Theia bertabrakan, energi tumbukan yang dihasilkan adalah 100 juta kali lebih besar daripada ledakan apapun yang dibuat manusia."
( BACA JUGA: Kembali Jadi Tren, 3 Inspirasi Topi Beret ala Cut Syifa Ini Bisa Ditiru Agar Tampil Kekinian! )
"Kemudian akibat tumbukan itu diyakini telah menghapus kehidupan dinosaurus di muka bumi."
Ada pula yang menyangkal teori ini dan berpendapat bahwa bulan terbentuk bukan karena tubrukkan antara Theia dan Bumi.
Namun tubrukkan antara planet lain yaitu planet satu dengan lainnya yang akhirnya bergabung menjadi bulan.
Teori ini dinamakan 'Co-formation theory.'
( BACA JUGA: 5 Tips yang Harus Kamu Perhatikan Saat Membeli Rumah Pertama Kali )
Tapi teori ini masih dinilai lemah karena hanya sebuah hipotesis tanpa bukti fisik layaknya teori 'Giant impact hypothesis' yang sudah menyertakan bukti dari bebatuan bulan pada misi Apollo. (*)