Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Rahmad
Grid.ID - Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang.
Titik terang kebangkitan film nasional mulai terlihat saat sutradara Indonesia yang juga dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail berhasil memproduksi sebuah film berjudul Darah dan Doa atau The Long March of Siliwangi melalui sebuah perusahaan film miliknya sendiri, Perfini.
Hari pertama pengambilan gambar ini jatuh pada tanggal 30 Maret 1950.
Tanggal inilah yang kemudian dipilih oleh Dewan Film Nasional sebagai Hari Film Nasional.
Dilansir Grid.ID dari Instagram kemendikbud.ri, ada alasan khusus mengapa film ini dijadikan sebagai penanda bangkitnya industri perfilman Indonesia.
(BACA : Awasi Pergaulan Anak, Inilah Beberapa Dampak dari Minum Minuman Keras untuk Remaja, Ngeri Banget nih)
Film Darah dan Doa menceritakan perjalanan panjang prajurit Indonesia dan keluarga mereka dari Yogyakarta ke pangkalan utama mereka di Jawa Barat.
Perjalanan ini dipimpin oleh Kapten Sudarto, yang menjadi tokoh utama di dalam film ini.
Kapten Sudarto diceritakan bukan hanya sebagai pemimpin tapi juga sebagai seorang manusia yang rawan membuat kesalahan.
Di dalam perjalanannya, ia dipertemukan oleh seorang pengungsi wanita berdarah Indo-Belanda, dan sang komandan pun menaruh hati padanya meski ia telah beristri.
Film berakhir ketika Indonesia berdaulat di tahun 1950.