Find Us On Social Media :

Kisah Haru WNI yang Disandera Kelompok Bersenjata di Libya: Jual Ikan Teri Di Antara Popor Senapan

By Aditya Prasanda, Selasa, 3 April 2018 | 00:44 WIB

Disandera sekitar enam bulan oleh kelompok milisi bersenjata di Benghazi, Libya, enam orang WNI akhirnya berhasil dibebaskan setelah melalui perundingan alot yang memakan waktu sekitar tiga bulan

Ronny kemudian mengungkapkan dirinya dan lima rekannya menjadi saksi konflik bersenjata di Benghazi.

"Sampai Desember 2017, kami masih melihat dengan jelas pertempuran antara kelompok milisi yang menguasai Benghazi dengan milisi ISIS. Bahkan salah satu bom sempat nyasar dan mendarat di dekat kapal dimana kami disandera", ungkapnya.

"Pelabuhan dan kota Benghazi sudah seperti kota mati, hanya ada reruntuhan perang dimana-mana dan rongsokan kapal ikan dimana-mana", imbuhnya.

Sejak diterima informasi penyanderaan tersebut, pemerintah Indonesia mengaku melakukan berbagai upaya untuk memperoleh akses kepada kelompok penyandera, ungkap Kemenlu Indonesia dalam keterangan tertulisnya.

Namun demikian, baru pada akhir Desember 2017, KBRI Tripoli memperoleh akses komunikasi langsung kepada kelompok bersenjata di Benghazi.

Dari komunikasi itulah, KBRI Tripoli berhasil mendapatkan persetujuan dari kelompok penyandera untuk memberikan akses komunikasi bagi enam WNI.

"Akses komunikasi tersebut memudahkan Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan proof of life dan memonitor kondisi para WNI," ungkap Kemenlu.

Tanda Bisnis Ahmad Dhani Terpuruk, Mulai Konser Batal Hingga Berutang

Kronologi pembebasan

Dalam sambutan pengantarnya, Menlu Retno menyampaikan proses pembebasan bukan perkara mudah. 

Selain karena situasi keamanan di Benghazi, Libya, yang masih sangat rawan, situasi politiknya juga sangat kompleks, katanya.

Benghazi saat ini dikuasai oleh kelompok bersenjata anti pemerintah pusat Libya di ibu kotanya, Tripoli.