Tidak sedikit orang yang mengikuti terapi cuci otak yang diperkenalkan oleh dokter Spesialis Radiologi dari RSPAD Gatot Subroto itu.
Namun Seberapa Amankah Terapi Cuci Otak?
Sejak beberapa tahun silam, terapi dengan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA) ini telah ditentang oleh sejumlah dokter ahli saraf.
Dokter Spesialis Saraf Fritz Sumantri Usman menjelaskan, DSA selama ini hanya digunakan untuk diagnosa kelainan pembuluh darah di otak, bukan untuk terapi, apalagi mencegah stroke.
DSA pun tak bisa dilakukan kepada sembarangan orang.
Harus ada indikasi medis terlebih dahulu sebelum dilakukan DSA.
"DSA bisa dilakukan apabila sudah terkena serangan stroke berulang. Atau serangan stroke dengan faktor risiko tertentu, seperti kencing manis, jantung, hipertensi, hingga stroke di usia muda," jelas Fritz di sela-sela seminar Neurointervensi di Jakarta, seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com 2015 silam.
Ingin Keluar dari Grup WhatsApp yang Berisik Namun Sungkan? Ikuti Trik ini
Untuk apa dilakukan DSA? Tentunya hanya untuk mengetahui apakah ada kelainan pembuluh darah di otak.
Ditegaskan Fritz, bukan untuk pengobatan stroke, misalnya menghilangkan sumbatan pembuluh darah di otak.
"DSA itu alat diagnosis gold standar untuk membidik kelainan pembuluh darah di otak," lanjut Fritz.
Sebelum DSA, biasanya telah dilakukan pengecekan dengan MRI atau CT Scan.