Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Siapa yang sekarang tak tahu dengan Keraton Agung Sejagat?
Sejak kemunculannya beberapa waktu lalu, Keraton Agung Sejagat langsung menyita perhatian publik.
Bagaimana tidak, keraton yang terletak di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah itu disebut-sebut memiliki seorang raja dan ratu yang telah mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keraton itu bahkan juga menggunakan berbagai simbol dan ideologi palsu untuk meyakinkan keberadaan mereka.
Salah satunya adalah sebuah batu besar berwarna cokelat yang disebut-sebut sebagai prasasti Keraton Agung Sejagat.
Batu yang memiliki ukiran tulisan Jawa serta simbol naga dan sperma itu ditaruh di pelataran keraton dengan dibalut kain kafan.
Tak lupa juga berbagai macam sesaji dan dupa-dupa diletakkan di sekitar batu tersebut.
Tak ayal, masyarakat sekitar pun jadi penasaran.
Salah satu warga, Sumarni, mengatakan kalau setiap subuh para pengikut sudah hadir di depan batu itu dan langsung menghadap ke selatan seolah-olah sedang memujanya.
Hal ini pun membuat anak-anak yang tinggal di sekitar daerah tersebut takut untuk melintas.
"Otomatis anak-anak kecil yang pada melihat merasa ngeri saat itu, bahkan membuat anak-anak malam harinya yang biasanya berangkat mengaji merasa takut dan tidak mengaji," terang Sumarni, seperti yang dikutip Grid.ID dari Tribun Jateng.
Bahkan ketika ditanya, anak-anak itu mengaku takut lantaran batu itu dianggap hidup.
Karena dianggap telah meresahkan, polisi langsung bertindak tegas dengan menangkap raja dan ratunya yang tak lain adalah Toto dan Fanni Aminadia.
Kemudian, setelah dilakukan penelitian, ternyata batu berukuran 1,5 meter itu pun sebenarnya hanya sebuah batu biasa.
Batu prasasti yang sebelumnya disebut-sebut diukir oleh seorang pemahat bernama Empu Wijoyo Guno itu bukanlah batu bersejarah.
Baca Juga: Ditemukan Janin dan Gumpalan Daging di Kendi, Ratu Keraton Agung Sejagat Ternyata Keguguran?
Hal ini pun telah dikonfirmasi oleh Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Iskandar Fitriana.
"Ya bisa dicek kok kalau palsu. Batunya itu diambil dari lereng gunung, karena dari beberapa batu yang sebelumnya kita temukan mempunyai kontur batu sama yang seakan-akan dinyatakan sebagai batu bersejarah," katanya.
Melansir dari Kompas.com, desain ukiran gambar yang ada pada batu itu ternyata juga diambil dari hasil berselancar di Google.
Kemudian setelah mendapatkan beberapa contoh, Toto pun menjiplaknya dan membuat desain yang baru untuk selanjutnya dikerjakan oleh pemahat batu biasa.
"Toto mengakui bahwa ukiran tersebut memang dijiplak dari internet. Ia menggabungkan beberapa simbol agar batu itu seolah-olah batu temuan bersejarah," kata Iskandar lebih lanjut.
Proses pengerjaannya pun terbilang singkat, yakni hanya 2 pekan.
Sebagai tambahan informasi, ukiran gambar dan tulisan aksara Jawa pada batu tersebut ternyata mempunyai makna filosofis yang dalam.
Yakni Bumi Mataram Keraton Agung Sejagat yang berarti jagat bumi yang merupakan mata rantai manusia.
(*)