Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Lutfi Alfiandi, siswa STM yang fotonya viral lantaran membawa bendera Indonesia di tengah aksi demo mengaku mendapatkan penganiayaan oleh oknum penyidik.
Kesaksian itu ia sampaikan di hadapan hakim dalam persidangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Senin (20/01/2020) kemarin.
Dikatakan Lutfi, selama ditahan di Polres Metro Jakarta Barat dirinya dianiaya dengan cara disetrum selama setengah jam hingga kepalanya sakit dan tubuhnya lemas.
Penganiayaan itu dilakukan agar Lutfi mau mengaku telah melempar batu ke arah polisi.
"Saya disuruh duduk, terus disetrum, ada setengah jam lah. Saya disuruh ngaku kalau lempar batu ke petugas, padahal saya tidak melempar," ujar Lutfi seperti yang dikutip Grid.ID dari Tribun Jakarta.
Desakan tersebut pun membuat psikologis Lutfi tertekan.
Pasalnya, ia dipaksa untuk mengakui apa yang tidak diperbuatnya.
Namun karena tidak kuat dengan siksaan tersebut, pada akhirnya Lutfi terpaksa menyatakan apa yang tidak dia lakukan.
"Karena saya saat itu tertekan makanya saya bilang akhirnya saya lempar batu. Saat itu kuping saya dijepit, disetrum, disuruh jongkok juga," kata Lutfi.
Tak cukup sampai di situ, Lutfi bahkan sempat dibekap oleh oknum penyidik menggunakan plastik.
Hal itu disampaikan Lutfi dalam sebuah video di kanal Youtube Najwa Shihab yang diunggah pada Rabu (22/01/2020) dengan judul Eksklusif Kesaksian Lutfi Pembawa Bendera: Dipukul dan Disetrum (Part 3) | Mata Najwa.
Dalam video berdurasi sekitar 12 menit itu, Lutfi mengaku sempat mendapatkan pukulan di sekujur tubuhnya sebelum akhirnya kepalanya dimasukkan ke dalam plastik dan diikat dalam waktu agak lama.
"Saya merasakan lah gitu ya, pada saat di situ gimana rasanya," ungkapnya.
"Sempat dipukul badan, dipukul muka. Awalnya muka, tiba-tiba ada salah satu anggota jadi saya dihadepin ke tembok saya disuruh jongkok terus saya dipukul muka, terus ulu hati pakai tangan, langsung sakit," terang Lutfi.
"Trus mereka langsung ngambil plastik mengikat di leher gak lama," imbuhnya.
Mendengar kesaksian Lutfi Alfiandi membuat sang ibunda, Nurhayati, sedih dan tidak bisa membendung air mata.
Apalagi Lutfi selama ini tidak pernah bercerita kalau dirinya disetrum oleh polisi.
"Kalau masalah penyiksaan itu gak cerita, cuma emang kalau dipukulin cerita," tutur Nurhayati sambil terisak.
"Masalah disetrumnya gak, mungkin karena kasihan sama mamahnya takut kepikiran," lanjutnya.
Nurhayati sangat menyesalkan perlakuan polisi kepada anaknya, Lutfi.
Pasalnya dia juga baru mengetahui anaknya disetrum saat di persidangan.
"Makanya waktu saya di persidangan gimana ya mba ya, saya aja orangtuanya gak pernah mukul sama sekali."
"Pas denger disetrum gimana gitu mba, saya baru tahu itu mba disetrum itu, baru tahu waktu di persidangan," kata Nurhayati sambil sesekali menyeka air mata.
Nurhayati bercerita, ia selalu menangis bila menjenguk Lutfi Alfiandi.
Apalagi ketika dibesuk, Lutfi selalu meminta sang ibunda agar segera membantunya keluar dari jeratan kasus ini.
"Saya kan kalau besuk dia nangis, gimana gak nangis, kalau saya besuk dia bilang 'mama tolong keluarin dari sini'."
"Mama juga usaha tapi gimana, mama udah ke sana ke sini biar Lutfi bisa bebas," ungkap Nurhayati.
"Kalau ke sana dia bilangnya begitu, 'Mama urusin, mama urusin, biar Lutfi cepet keluar'," kata Nurhayati menjelaskan.
(*)