"Untuk memastikan kondisi kesehatannya, saya komunikasi terus dengan anak saya setiap hari. Bahkan setiap hari bisa sampai 4-5 kali," kata dia.
Berdasarkan kabar yang ia dapat dari putrinya di Wuhan, keadaan di Kota Wuhan seperti kota mati.
Terlebih, sejak 23 Januari 2020, semua alat transportasi, baik kereta api, bus, maupun pesawat dari dan ke Wuhan ditutup total untuk sementara.
Ia mencemaskan kondisi anaknya apabila berlama-lama berada di ruang isolasi dan harus selalu diawasi ketika akan bepergian.
Baca Juga: Kenang Masa Lalunya yang Suram, Justin Bieber Menangis Tersedu-sedu dalam Serial Dokumenternya!
Desakan kepada pemerintah
Untuk itu, Trisuto mendesak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China agar tidak sekadar berkoordinasi tanpa ada langkah konkret.
Sebab, ia yakin para orangtua lain juga sangat mencemaskan kondisi kesehatan anaknya yang tengah menempuh studi di Wuhan, China.
"Saya ingin KBRI dan Kemenlu ambil langkah konkret. Nasib orang-orang di situ, terutama 12 mahasiswa Unesa itu termasuk anak saya segera teratasi. Apalagi penyebaran virus corona itu cepat sekali," kata dia.
"Saya sebagai orangtua rasanya waswas terus. Enggak bisa tidur. Masalahnya penularannya kelihatannya terlalu mudah menjangkiti orang lain," kata Trisuto.
Baca Juga: Jelang Pernikahan, Jessica Iskandar Ubah Warna Rambut Menjadi Lebih Cetar!
Di sisi lain, ia juga menginginkan agar 12 mahasiswa Unesa bisa segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman.