Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Tanpa rasa jijik, Ira (58) atau kerap disapa Nenek Ira memungut karung, botol dan kardus bekas dari tumpukan sampah yang tak jarang sudah dipenuhi binatang.
Tak ada rasa malu yang dirasakan Nenek Ira.
Sudah 15 tahun lamanya, ia ikhlas melakoni pekerjaan ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena sang suami sudah tidak mau bekerja.
"Saya begini sudah lama. Dari suami saya, Yusuf (60) masih kerja serabutan sampai sekarang dia enggak mau lagi kerja," kata Nenek Ira seperti yang dikutip Grid.ID dari Tribun Jakarta.
Nenek Ira pun tak mengetahui pasti penyebab suaminya sudah tak ingin bekerja.
Jangan kan bertanya, untuk marah kepada suaminya itu pun Nenek Ira sudah malas.
Baginya, selagi masih bugar, tak apa jika tanggung jawab untuk mencari nafkah ia yang pikul.
Namun bukan berarti ia lantas meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri.
Nenek Ira selalu menyempatkan waktu untuk mengerjakan semua urusan rumah hingga selesai sebelum berangkat memulung.
"Semoga hari ini rezekinya bagus," ucapnya selalu setiap hari.
Tak lupa, Nenek Ira pun selalu membawa karung besar agar mengingatkannya untuk tak pulang sebelum terisi penuh.
Bahkan sekalipun lapar, ia tetap harus berjalan dan menyisir setiap sudut jalan mencari botol dan kardus bekas.
"Kalau minum bawa. Tapi kalau makan pas ada uang ya beli, kalaupun enggak ada kadang suka ada yang ngasih di jalan," ungkapnya.
Untuk satu harinya sendiri, penghasilan Nenek Ira hanya berkisar antara Rp 20-30 ribu.
"Saya tiap hari pasti mulung. Kalau enggak begini makan dari mana. Kalau begini kan dikit-dikit bisa simpan uang buat cucu pada sekolah. Mereka kepengin banget sekolah tapi biayanya enggak ada," terang Nenek Ira.
Urus Cucu yang Yatim
Usai berkeliling seharian di bawah teriknya matahari, Nenek Ira ternyata tak langsung beristirahat.
Ada kewajiban lain yang sudah menantinya di rumah, yakni mengurus kedua cucunya yang yatim.
Diceritakan Nenek Ira, usai menantunya meninggal, kini anaknya pergi menjadi Tenaga Kerja Indonesia di negeri orang.
Sayangnya, bertahun-tahun sudah anaknya itu pergi mencari nafkah di negeri orang namun tak ada sepeserpun yang dikirmkan untuk Nenek Ira.
"Kurang tahu dimananya ya. Saya enggak bisa baca, yang jelas selama dia jadi TKI bertahun-tahun, dia enggak kirim uang," katanya.
Nenek Ira pun sering menghawatirkan kondisi anaknya itu karena tidak adanya kabar.
Apalagi akhir-akhir ini beredar luas pemberitaan mengenai penganiayaan TKI.
Baca Juga: Usai Sahabatnya Ditahan, Fitri Salhuteru Ungkap Kondisi Anak Nikita Mirzani
Ia pun terus berdoa agar Nining cepat pulang dan bekerja saja di Indonesia.
"Saya enggak ada HP dia juga enggak ada. Apalagi dia enggak pernah kirim uang, saya jadi was-was. Makanya pas tahun lalu dia pulang saya enggak kasih balik lagi. Saya bilang kamu di sini aja, saya bantu urusin anak kamu," jelasnya.
Angka Kemiskinan di Indonesia
Melansir dari Kompas.com, BPS (Badan Pusat Statistik) sendiri melaporkan angka kemiskinan di Indonesia mencapai 9,41 persen dari jumlah penduduk per Maret 2019 artau sekitar 25,14 juta jiwa.
Dari data publikasi yang dirilisnya per Desember 2019, BPS menyatakan Provinsi Jawa Timur lah yang menjadi provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indoneisa.
Yakni sebesar 4.292.150 orang.
Meski memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak, secara persentase, Jawa Timur bukan yang tertinggi. Rasio jumlah penduduk miskin di provinsi tersebut sebesar 10,85 persen.
Justru Papua lah yang secara besaran persentase menjadi provinsi dengan kemiskinan tertingi, yakni sebesar 27,43 persen.
DKI Jakarta sendiri tercatat sebagai provinsi dengan persentase paling kecil penduduk miskinnya yakni sebesar 3,55 persen.
(*)