Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Warjinem (50), warga Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo, hanya bisa menangis saat menceritakan kondisi anaknya, DI, kepada wartawan.
Bagaimana tidak, sudah sejak 2014 silam ia tak bisa bertemu dengan putri sulungnya itu.
DI sendiri diceritakan Warjinem telah dibawa kabur suaminya ke Suriah untuk dijadikan militan ISIS saat DI tengah hamil anak pertama.
"Mungkin itu terjadi tahun 2014, pada waktu itu anak saya sedang hamil tua anak pertamanya," ungkapnya, seperti yang dilansir Grid.ID dari Tribun Solo.
Padahal, diceritakan Warjinem, anaknya itu tidak tahu apa-apa soal bergabung dengan ISIS.
"Itu sepengetahuan keluarga," lanjut Warjinem.
Perubahan Sikap
DI dikenal keluarga sebagai sosok pribadi yang penurut, pintar dan lucu.
Namun sosok itu perlahan mulai menghilang dari diri DI sejak pertemuannya dengan sang suami.
DI mulai menjadi pribadi yang tertutup.
"Anak saya itu pribadi yang menyenangkan sekali dan lucu. Setelah salah pilih pasangan, perubahannya itu cepat sekali, anak saya mulai menutup diri," terang Warjinem.
Hubungan DI dengan suaminya pun membuat Warjinem dan suami, Paidin, terkaget-kaget.
Pasalnya, mereka pun menikah juga secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga.
Warjinem dan Paidin pun tak ditunjuk sebagai wali.
“Mereka menyatakan sudah menikah pada tahun 2013, saya sebagai walinya kaget dan bertanya-tanya, walinya siapa, walinya kan seharusnya saya, tapi saya belum merasa menikahkan,” kata Warjinem.
Pertemuan DI dengan sang suami sendiri berawal dari acara pengajian di sebuah pondok pesantren di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah.
Awalnya, keluarga pun tak mengetahui perkenalan DI dengan suaminya.
Bahkan keluarga juga tak mengetahui asal usul pria itu.
“Dulu sempat dikenalkan ke saya sama bapak, saya pikir itu perkenalan biasa namun bagi dia itu sebagai sebuah lamaran, selang beberapa hari anak saya dibawa pergi," tambahnya.
Minta Tolong Jokowi
Warjinem dan Paidin sendiri baru mengetahui keberadaan sang anak dari adiknya yang berada di Jakarta.
Karena memang DI diketahui akrab dengan bibinya itu hingga kerap berkirim kabar.
"Anak saya itu seringnya kontak dengan adiknya istri saya yang ada di Jakarta. Anak saya itu dekat sekali dengannya, ia bahkan masih mengingat nomor buliknya itu sampai sekarang,” kata Paidin.
Baca Juga: Sering Mengantuk di Pagi Hari? Waspada, Bisa Jadi Kamu Mengalami 4 Masalah Kesehatan ini!
Dari keterangan adiknya itu pula, Warjinem mengetahui kalau DI sebenarnya segera ingin pulang ke Indonesia dan bertemu keluarga.
Namun, Warjinem kebingungan hendak meminta tolong ke siapa.
“Kami juga bingung, saya ini warga negara yang baik, semua perintah saya ikuti, saya mohon dibantu..."
"Kami ini korban mohon dibantu pemulangan anak saya, anakku cepat segera pulang ke Indonesia,” tutur dia.
Warjinem pun mengiba ke Presiden Jokowi yang disebutnya sama-sama wong Solo.
"Kami memohon kami orang Solo se-daerah," ungkap Warjinem.
"Saya ingin memohon, Pak (Jokowi) tolong Pak, saya orang Solo warganya (agar) dibantu. Anak saya diambil, dia perempuan tidak tahu apa-apa."
"Pak mohon, Pak Jokowi, pulangkan anakku, Ya Allah aku orang Solo, mohon dibantu mohon dibantu pulangkan anak saya ke Indonesia, ke Solo," kata Warjinem.
Terjebak di ISIS
Selain DI, ada juga warga negara Indonesia lain yang terjebak di ISIS.
Ia adalah Nada Fedulla, gadis yang dibawa ke Suriah oleh ayahnya sejak tahun 2015.
Dalam video wawancaranya dengan BBC, ia menceritakan kisah pilunya di mana ia sebenarnya ingin sekali kembali pulang.
"Saya sangat lelah di sini..." ucapnya sambil berlinang air mata.
Bagaimana tidak, dituturkan Nada, hampir setiap hari ia melihat kekejaman ISIS dengan mata kepalanya sendiri.
"Saat saya pergi berbelanja dengan keluarga saya, kadang saya melihat mereka menyiksa orang-orang di jalan."
"Ya, kepala (yang dipenggal) dan mayat-mayat," terangnya.
(*)