Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Wabah virus corona di Wuhan, Tiongkok, masih terus menyebar secara luas.
Kini para dokter profesional akhirnya harus bekerja tanpa henti untuk mengobati para pasien.
Beberapa waktu terakhir, wabah virus corona ini memang menjadi penyakit sekaligus wabah yang mengerikan bagi masyarakat di Tiongkok dan puluhan negara lainnya.
Sejak kejadian tersebut, para dokter di Tiongkok mau tidak mau akhirnya harus bekerja secara ekstra.
Mereka bahkan mengorbankan waktu istirahat serta merelakan kesempatan berkumpul dengan keluarganya demi mengobati para pasien.
Melansir dari World of Buzz pada Jumat (7/2/2020), salah satu dokter bernama Chen Jun yang juga bertugas sebagai Wakil Direktur Departemen Laboratorium di Rumah Sakit Paru di Wuhan ini mengaku rela bekerja keras.
Baca Juga: Virus Corona Kian Meluas, Sophia Latjuba Lakukan Pencegahan Ini!
Dokter Chen Jun bahkan rela mengorbankan hidupnya demi menciptakan obat untuk menangkal virus yang telah menjangkiti puluhan ribu orang.
Untuk menjinakkan wabah virus yang terjadi di Wuhan, sang dokter mengaku setiap hari ia bekerja ekstra lebih dari 12 jam.
Chen yang telah bekerja selama 19 tahun itu mengatakan bahwa tim lab biasanya melakukan 2 putaran pengujian setiap 2 kali sehari.
Di mana setiap putaran membutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk dapat menyelesaikannya.
Namun, mengingat beratnya wabah virus, para profesional medis ini sering bekerja lebih dari 12 jam, mulai jam 02.00 siang sampai jam 03.00 pagi.
Para dokter ini harus selalu menggunakan alat pelindung yang aman lantaran sangat dekat dengan berbagai virus berbahaya itu.
Namun tanpa tersadar, ternyata keamanan alat ini juga memiliki efek samping apabila terlalu lama dikenakan.
Akibatnya kini dokter Chan justru mengalami ruam kemerahan pada bagian tangannya.
Tak hanya itu, tangan dokter Chen bahkan melepuh hingga bengkak parah.
Baca Juga: Putra Komedian Mastur Jajal Film Perdananya, Sang Ayah Beri Peringatan Jangan Cepat Puas!
Hal ini dikarenakan alat pelindung yang digunakan Chen membuat tangannya kekurangan paparan udara.
Kondisi ini biasanya dikenal dengan sebutan Eritema, di mana sebuah peradangan terjadi karena peningkatan aliran darah di kapiler.
Sementara itu 27 anggota dokter di lab lainnya mengatakan apabila mereka telah dikirim sejak awal Januari untuk memeriksa lebih dari 100-300 sampel virus dan diminta untuk menyingkirkan setiap virus satu per satu.
Meskipun demikian, hal itu tidak menghentikan para dokter untuk terus bertekad dan segera menemukan solusi dari wabah virus itu.
"Aku tidak bisa tersentak, karena masih banyak orang menunggu hasil ini, aku harus bertahan," ujarnya.
Chen menyampaikan bahwa setiap hari ia melakukan pengujian, di mana setiap pengujian dibutuhkan 10 langkah.
Meskipun melelahkan, Chen mengaku tak masalah.
Bahkan ia akan tetap fokus untuk menemukan hasil.
Chen juga mengaku sudah tahu akan resiko apabila ia bekerja terlalu keras dan bekerja terlalu lama dalam laboratorium bisa membuat kulitnya iritasi.
Akibatnya selain harus segera menemukan obat, mereka juga harus berperang dengan iritasi kulit dan peradangan tersebut.
(*)