Grid.ID - Sejumlah kota di China diisolasi akibat wabah virus Corona.
Transportasi dan fasilitas publik lainnya pun mandek hingga waktu yang belum ditentukan.
Wabah virus corona memaksa sebagian fasilitas umum, termasuk museum, di China tutup.
Para pengunjung pun terpaksa harus membatalkan agenda wisata ke sana. Namun, jangan khawatir.
Jika kamu tidak bisa ke China, kini pemerintah setempat membuat terobosan baru--pameran daring.
Baca Juga: Berhenti Sementara Perankan Pria Kemayu, Onadio Leonardo: Gue Takut, Udah Punya Anak!
Dilansir laman CNN, pasca virus corona, Badan Administrasi Warisan Kebudayaan Nasional Tiongkok (NCHA) meminta museum-museum yang tutup tetap aktif menawarkan wisatanya di media sosial.
Sesuai dengan misi pemerintah Tiongkok pada Januari 2020, yaitu "mendorong museum dan institusi warisan kebudayaan di seluruh negeri untuk memanfaatkan sumber daya digital dan meluncurkan pameran daring yang lazim dengan layanannya yang aman dan nyaman," banyak museum tetap "membuka" pintunya secara daring.
Berkat kerja keras dari tim khusus yang berkoordinasi dengan museum China, sebanyak 100 pameran daring dapat diakses melalui situs web NCHA.
Namun, hanya beberapa yang menawarkan informasi dalam bahasa Inggris.
"Pameran daring ini mendukung perpaduan teknologi baru dan warisan kebudayaan China melalui pertunjukan 'awan'," sebut pernyataan resmi dari NCHA.
Salah satu museum yang menawarkan pameran daring adalah Museum Istana yang terletak di kompleks Kota Terlarang, Beijing, ibu kota China.
Merayakan hari jadinya ke-600 pada 2020, Museum Istana telah merencanakan berbagai pameran.
Namun, karena virus corona, pada 23 Januari, museum tersebut tutup hingga pemberitahuan selanjutnya.
Salah satu pameran daring di Museum Istana menunjukkan prosesi Festival Musim Semi kuno di Kota Terlarang.
Sayangnya, pameran daring tersebut hanya dalam bahasa Mandarin. Museum Istana juga menawarkan wisata virtual bertajuk "Panorama Museum Istana".
Dengan wisata virtual ini, khalayak luas dapat berjalan-jalan menelusuri kompleks museum.
Pengunjung wisata virtual juga dapat mengganti suasana latar belakang museum dari cerah ke bersalju.
Selain Museum Istana, Museum Nasional di Beijing juga telah mengunggah pameran daring terbarunya, "Perjalanan Kembali ke Kampung Halaman: Pameran Artefak Tiongkok yang Kembali dari Italia".
Dalam tur virtual ini, kamu dapat melihat artefak tersebut tanpa harus berkunjung ke museum. Bahkan, label bilingual juga tersedia.
Institusi budaya China lainnya juga mulai menciptakan berbagai wisata virtual agar para pengunjung dapat berwisata dengan bebas.
Di Balai Peringatan Pembantaian Nanjing, wisatawan dapat membaca informasi multibahasa di dinding atau melihat pameran lain dengan mengklik ikon video.
Hal-hal ini membuat wisata virtual terasa seperti sungguhan.
Wisatawan juga dapat membesarkan layar untuk melihat wajah tiap prajurit terracotta secara detail di Museum Situs Makam Kaisar Qinshishuang, Xi'an, Provinsi Shaanxi, China.
Bahkan, kota di mana virus corona yang baru nampak pertama kali, Wuhan, Provinsi Hubei, juga mengunggah pameran daring untuk memuaskan dahaga pengetahuan para wisatawan yang ingin mempelajari kekayaan sejarahnya.
Pameran daring ini mencakup rumah bata merah yang menjadi Situs Komite Pusat CPC dan Museum Pemberontakan Wuchang pada Revolusi 1911 yang bermula di Wuhan.
Revolusi tersebut akhirnya menggulingkan sistem imperial China, cikal bakal pemerintahan China masa kini.
Wisatawan juga dapat melihat-lihat berbagai lukisan dinding dan pahatan khas Dunhuang, serta fosil dinosaurus di Museum Mongolia Dalam, kota Hohhot, China.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Imbas Virus Corona, China Buka Pameran Daring di Museum-museum"
(*)