Sebagai bagian dari perjuangan untuk bertahan hidup, maskapai ini mengimbau semua staf untuk membantu perusahaan selama periode kritis ini.
Staf darat yang berbasis di Hong Kong diminta untuk mengambil cuti minimum 2 minggu per bulan.
Karyawan juga bisa bekerja selama 3 hari dalam sepekan, mulai dari 17 Februari hingga 30 Juni.
Maskapai ini mengatakan akan memangkas operasi hariannya dari 82 penerbangan menjadi hanya 30, dari 11 Februari hingga Maret.
"Tidak ada waktu yang lebih menantang dalam sejarah Hong Kong Airlines seperti sekarang."
"Ketika ketidakpastian membayangi perkembangan isu global ini, lemahnya permintaan penerbangan mungkin akan berlanjut hingga musim panas."
"Kita perlu mengambil tindakan lebih lanjut untuk tetap bertahan," imbuhnya.
Pada November lalu, mereka telah mengumumkan akan menunda pembayaran gaji kepada beberapa staf karena kesulitan mencari dana.
Namun maskapai ini akhirnya berhasil melewati masa krisis itu berkat suntikan dana.
Tidak hanya Hong Kong Airlines, maskapai lainnya juga bergulat dengan penurunan tajam tingkat permintaan penerbangan sejak pertengahan tahun lain akibat meluaskan protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Kondisi finansial mereka pun semakin memburuk dengan menangguhkan penerbangan ke Tiongkok setelah mewabahnya virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 31.000 orang.
Virus corona, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di Tiongkok akhir tahun lalu, menyebar selama liburan Tahun Baru Imlek.
Virus corona sekarang telah menewaskan lebih dari 600 orang di negara tersebut dan menginfeksi 31.000 orang.
Wabah ini telah membuat sejumlah pemerintah di seluruh dunia dan Asia memblokir penerbangan ke dan dari Hong Kong, termasuk tujuan populer Taiwan dan Filipina. (*)