"Kami atas nama sekolah mohon maaf atas terjadinya musibah ini yang benar-benar tidak kami prediksi dari awal, tidak menduga," ujar Tutik dalam konferensi pers di sekolahnya, Sabtu (22/2/2020).
Tutik pun menjelaskan bahwa kegiatan ekstra kurikuler pramuka tersebut memang sudah dilakukan turun-temurun dari ajaran tahun sebelumnya.
Ia juga membenarkan apabila kegiatan ektrakurikuler pramuka itu diadakan setiap hari jumat pukul 13.30 WIB sampai 15.00 WIB.
"Bagi kami, mungkin anak-anak penduduk Turi, mereka familiar dengan lingkungan Turi, jadi bukan hal yang khusus," katanya.
Menurutnya dalam musibah tersebut, 7 pendamping yang mengikuti kegiatan susur sungai merupakan guru-guru di SMP Negeri Turi sendiri.
Hanya saja saat kegiatan berlangsung, Tutik mengaku tak mengetahuinya, sebab ia merupakan kepala sekolah baru.
"Saya di sini kepala sekolah baru, baru 1,5 bulan, program-program ini melanjutkan yang lama. Semester kemarin sudah ada program seperti itu," katanya.
"Jujur, saya tidak mengetahui adanya program susur sungai di hari kemarin itu, mereka tidak matur (laporan). Karena mungkin menganggapnya anak-anak biasa, anak Turi susur sungai itu hal biasa," tambahnya
(*)