Find Us On Social Media :

12 Tahun Mangkrak Karena Rusak, Simulator G-Force untuk Mengecek Ketahanan Tubuh Pilot Tempur TNI AU Kini Berfungsi Kembali Usai Diperbaiki Tim Komando Menggandeng Tim Ahli Lulusan ITB

By Novita, Minggu, 23 Februari 2020 | 14:47 WIB

12 Tahun Mangkrak Karena Rusak, Simulator G-Force untuk Mengecek Ketahanan Tubuh Pilot Tempur TNI AU Kini Berfungsi Kembali Usai Diperbaiki Tim Komando Menggandeng Tim Ahli Lulusan ITB

Grid.ID - Anak bangsa kembali menorehkan prestasi dengan berhasil memperbaiki simulator G-Force yang telah rusah 12 tahun.

Selama 12 tahun mangkrak, akhirnya simulator G-Force pesawat tempur milik Indonesia rampung diperbaiki dan mulai digunakan kembali.

Simulator G-Force itu merupakan peralatan yang bernama human centrifuge, instrumen untuk mengecek ketahanan tubuh pilot tempur TNI AU dalam menghadapi gaya gravitasi.

Baca Juga: Pertaruhkan Nyawanya, Anggota TNI AU Ini Diam-diam Bohongi Keluarga Demi Selamatkan 238 Nyawa WNI di China: Saya Tidak Pernah Bilang Kalau Mau ke Wuhan

Melansir dari laman Kompas.com, simulator G-Force itu sudah 12 tahun terbengkalai akibat rusak.

Sementara untuk memperbaikinya diperlukan biaya yang tak sedikit.

Semula, sistem Human Centrifuge itu dibeli pada tahun 1998 dan mulai resmi dioperasikan pada 2001.

Baca Juga: Viral Usai Relakan Putranya Jadi TNI AU, Arzeti Bilbina Rayakan Ulang Tahun Pernikahannya yang Ke-16 dengan Sang Suami

Namun sayang alat tersebut hanya bertahan enam tahun lamanya dan rusak pada 2007.

Alat simulator G-Force tersebut baru diperbaiki pada tahun 2018 setelah Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Yuyu Sutisna melakukan cek kesehatan di Lakespra dr Saryanto.

Perbaikan instrumen itu dipimpin langsung oleh Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU (Dankoharmatau) Marsda TNI Dento Priyono.

Baca Juga: Korban jiwa akibat Virus Corona di China Terus Bejatuhan, Pemerintah Indonesia siagakan 3 armada Udara Milik TNI AU untuk Evakuasi Massal WNI di Tiongkok

Marsda TNI Dento Priyono menggaet beberapa pihak mulai dari Depo Pemeliharaan (Depohar) 10, 20, 40, 50, 70, serta menggandeng tim ahli lulusan ITB.

Depohar yang terlibat berasal dari berbagai latar belakang keahlian mulai dari mekanik, hidrolik, elektronik, hingga radar.

Akhirnya pada tahun 2019, instrumen simulator G-Force selesai diperbaiki dan dsiap digunakan kembali.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Kini Jadi Kontroversi, Tak Disangka Jokowi Pernah Santap Sop Kelelawar Saat di Manado, Hingga Doa Arzeti Bilbina untuk Putranya yang Jadi TNI AU

Uji coba Human Centrifuge dilakukan oleh Lettu Penerbang Panji "Groot" Satrio Dewanto.

Lettu Panji melewati tes dengan tekanan sekitar 4-G (empat kali kekuatan gravitasi), kemudian perlahan naik menjadi 6-G.

Keberhasilan tes tahap pertama itu membuat operator kembali menaikkan gravitasi menjadi 9-G atau sesuai kemampuan pesawat tempur.

Baca Juga: Relakan sang Putra Jadi TNI AU Sejati, Arzeti Bilbina Kirim Doa dari Jauh untuk Anaknya: Ada Tangan Allah yang Selalu Menjagamu, Nak...

Marsekal TNI Yuyu Sutisna memastikan alat tersebut aman digunakan.

"Dari 2018 dikerjakan, kurang lebih selama 14 bulan dan minggu lalu tanggal 5 Februari sudah diuji coba," ujar Marsekal Yuyu di Gedung Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Antariksa (Lakespra) dr Saryanto, Jakarta Selatan, Jumat (21/2/2020).

Alhamdulillah tidak ada apa-apa," imbuhnya.

Baca Juga: 7 Tahun Nikah Sampai Punya Anak, Pria Ini Hanya Bermodal Seragam TNI AU Untuk Gaet Istrinya, Ketahuan Hanya Gegara Hal Sepele

Tak hanya itu, Yuyu juga mengisahkan banyaknya item rusak yang menunggu untuk diperbaiki.

"Selama saya jadi kepala staf, sudah dua tahun lebih, sudah banyak sekali inovasi yang dilakukan, sudah ada 47 item yang tadinya tidak bisa diperbaiki," ujar Yuyu Sutisna.

Peralatan tersebut terkategori mulai dari pemeliharaan sederhana hingga kompleks, seperti pesawat jenis Boeing 737 milik TNI AU.

Baca Juga: Demi Jadi Tentara Bertubuh Kekar, Randy Pangalila Latihan Fisik Mati-matian Sambil Didampingi Komandan TNI AU

Pasalnya, pemeliharaan Boeing 737 acap kali dilakukan di luar negeri dengan memakan biaya besar.

Kini memiliki teknisi untuk melakukan pemeliharaan peralatan secara mandiri, Indonesia bisa menghemat anggaran negara dalam jumlah banyak.

"Sekarang sudah bisa sendiri. Dari situ kita bisa menghemat dari satu pesawat Rp 11 miliar, jadi seperti itulah untuk menghemat anggaran, tidak bisa terus bergantung ke luar (negeri)," terang Yuyu.

Baca Juga: Jelang Pelantikan Presiden, TNI AU Siagakan Alutsista Tempur untuk Amankan Situasi, Drone Pembunuh CH-4 Rainbow Hingga Fighting Falcon Siap Mengudara

Sementara melansir dari laman YouTube KompasTV, Marsekal Yuyu sebelumnya sempat berusaha memperbaiki human centrifuge dengan bantuan teknisi luar.

Namun, personal anggaran yang harus dikeluarkan sangat besar, sehingga urung dilakukan.

"Waktu 2008 hingga 2010 kita sudah berusaha ini untuk diperbaiki dengan teknisi luar. Kita mencoba ke Austria, waktu itu minta Rp 170 Miliar," ujar Marsekal Yuyu.

Menurut Marsekal TNI Yuyu Sutisna perbaikan kali ini mengeluarkan anggaran lebih murah dibandingkan dengan teknisi luar, yakni hanya memakan anggaran Rp 6 miliar.

(*)