Find Us On Social Media :

Selain Otaku, Inilah 5 Budaya Paling Aneh di Jepang, Mulai dari Tradisi Tidur di Sembarang Tempat Sampai Bunuh Diri

By Septiyanti Dwi Cahyani, Jumat, 6 April 2018 | 14:22 WIB

Ilustrasi hikikomori, salah satu budaya Jepang yang aneh | Hai

Grid.ID - Kalian pasti sudah tidak asing dengan istilah Otaku.

Otaku merupakan salah satu budaya Jepang yang dinilai aneh oleh sebagian masyarakat dunia.

Otaku adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang sangat menekuni hobinya.

Sejak pertengahan dekade 1990'an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang.

(BACA:5 Budaya Hemat yang Bisa Kita Teladani dari Keluarga Ratu Elizabeth II)

Biasanya istilah ini digunakan untuk menyebut penggemar berat budaya-budaya Jepang, seperti anime/ manga.

Bahkan ada orang yang menyebut dirinya sebagai Otaku.

Selain Otaku, masih ada beberapa budaya Jepang lainnya yang tak kalah aneh.

Dan inilah yang menjadi keunikan dari Negeri Sakura ini.

(BACA:Napak Tilas Sisi Sejarah Lokananta, Studio Rekaman Musik Pertama di Indonesia yang Kini Menjadi Situs Cagar Budaya)

Dilansir dari beberapa sumber, Grid.ID telah merangkum empat budaya Jepang lainnya yang tak kalah aneh dari Otaku.

Seaneh apa sih? langsung simak di sini ya.

1. Inemuri

Secara harafiah, Inemuri memiliki arti hadir sambil tidur.

(BACA:Ini 15 Inspirasi Nama dan Artinya Untuk Menyambut Kelahiran si Kecil, Penggemar Budaya Jepang Harus Baca nih! )

Kebiasaan Inemuri ini bisa dilakukan di mana saja.

Seperti di kantor, kereta, bus hingga di tangga darurat gedung kantor.

Dalam praktik budaya Jepang, Inemuri adalah tradisi tidur di tempat kerja.

Hal ini merupakan cara bagi karyawan untuk menunjukkan seberapa besar komitmen mereka dalam bekerja.

(BACA:Untuk Pertama Kalinya Festival Bon Odori Diadakan di Persimpangan Shibuya, Pecinta Budaya Jepang Jangan Sampai Ketinggalan ya!)

Kebiasaan ini sudah mulai populer sejak tahun 1980 di Jepang.

Di dalam praktik Inemuri, ada sebuah aturan tidak tertulis yang berlaku.

Di mana mereka harus melakukannya dalam keadaan tegak untuk menunjukkan keterlibatannya di dalam interaksi sosial.

2. Hikikomori

(BACA:5 Fakta di Balik Kasus Penembakan Kompol Fahrizal Terhadap Adik Iparnya, Mulai dari Liburan Sampai Penodongan Senjata Pada Ibunya)

Secara harafiah hikikomori berarti menarik diri atau mengurung diri.

Hikikomori adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja Jepang yang mengurung diri dan menarik diri dari kehidupan sosial.

Menurut penelitian yang dilakukan NHK untuk acara Fukushi Network, penduduk hikikomori di Jepang pada tahun 2005 telah mencapai lebih dari 1,6 juta orang.

Dikutip Grid.ID dari laman hai.grid.id, berdasarkan statistik pemerintah Jepang, ada sekitar 541 ribu hikikomori yang berusia 15-39 tahun di sana.

(BACA:5 Fakta Tentang Jarum yang Tertinggal dalam Tubuh Ibu Sesudah Melahirkan di Cepu)

3. Seppuku/ harakiri

Bagi kalian yang pernah menonton film The Last Samurai, pasti mengerti dengan istilah seppuku atau harakiri ini.

Seppuku adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh Samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan ususnya.

Hal ini dilakukan untuk memulihkan nama baik setelah mengalami kegagalan saat melaksanakan tugas untuk kepentingan rakyat.

(BACA:Rhoma Irama Berharap Musik Dangdut Bisa Menjadi Pagar Budaya di Era Globalisasi)

Seppuku merupakan bagian dari kode kehormatan bushido.

Biasanya seppuku dilakukan secara sukarela oleh samurai yang menginginkan kematian secara terhormat daripada tertangkap musuh.

Seppuku juga bisa dilakukan sebagai bentuk hukuman untuk para samurai yang melakukan pelanggaran serius.

Di luar Jepang, Seppuku lebih dikenal dengan istilah harakiri.

(BACA:Festival Literasi Gramedia Hari Ibu Terapkan Budaya Baca yang Kekinian)

Istilah ini mulai dikenal secara luas di dunia bagian barat sejak bangsa Eropa yang tinggal di Jepang dan menjadi saksi mata peristiwa seppuku pada saat Restorasi Meiji.

4. Jisatsu

Jisatsu adalah istilah untuk bunuh diri di Jepang yang belakangan menjadi tren di kalangan anak-anak muda.

Fenomena bunuh diri di Jepang bukanlah suatu hal yang baru saja muncul.

(BACA:Kocak! Komikus Beijing Buat Ilustrasi Komik Perbedaan Budaya Tiongkok dan Barat, Kreatif!)

Konteks bunuh diri di dalam Jisatsu berbeda dengan seppuku atau harakiri yang sudah lebih dulu dikenal.

Penyebab dan tujuan dari Jisatsu terkesan lebih ringan daripada Seppuku.

Sehingga, masyarakat Jepang tidak akan mengalami kesulitan untuk memutuskan mengakhiri hidupnya dengan jalan Jisatsu atau bunuh diri.

Fenomena Jisatsu biasanya lebih sering dialami oleh remaja Jepang yang berusia 19 tahun.

(BACA:6 Fakta Unik tentang FBI yang Sulit Dipercaya, Penasaran?)

Hal ini disebabkan karena mereka memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mudah merasa kesepian dan menjadi bahan bullyan atau Ijime.

5. Ijime

Ijime adalah istilah Jepang yang digunakan untuk Bullying.

Menurut Kementrian Pendidikan Jepang, Ijime adalah bentuk penyerangan tertentu.

(BACA:Perlu Waspada! Ini 6 Fakta Mengerikan Tentang Penyakit TBC)

Baik secara fisik maupun psikis.

Biasanya Ijime dilakukan secara sengaja dan berkelanjutan kepada korban yang lebih lemah daripada pelaku.

Dikutip Grid.ID dari laman Tribun Bisnis terbitan 11 Juni 2013, jumlah kasus Ijime di Jepang sebanyak 124.898 per 31 Maret 2007.

Dari jumlah kasus itu, 35 persen hadir di kalangan SMA, 40 persen di kalangan SMP dan 25 persen di kalangan SD.

(BACA:6 Fakta Suliono, Pelaku Penyerangan Gereja Santa Lidwina Yogyakarta, Ubah Penampilan, Belajar di Padepokan Ini Sampai Ingin Nikahi Bidadari)

Kasus Ijime ini bisa menyebabkan korban melakukan Jisatsu atau bunuh diri.(*)