Grid.ID - Tak terasa sudah 9 hari Ashraf Sinclair meninggalkan kita semua.
Hingga kini suasana duka masih dirasakan oleh keluarga besar Ashraf Sinclair, terutama anak dan istrinya, Bunga Citra Lestari dan Noah Sinclair.
Bahkan saat prosesi pemakaman Ashraf Sinclair di San Diego Hills, Karawang, Bunga Citra Lestari dan Noah Sinclair tak henti bercucuran air mata.
Seperti diketahui, Ashraf meninggal dunia di usia 40 tahun, pada 18 Februari 2020 lalu.
Dari keterangan Doddy, manajer BCL, Ashraf meninggal dunia lantaran terkena serangan jantung.
Setelah kepergian Ashraf, Bunga dan Noah kini sedikit demi sedikit mulai bangkit dan menjalankan aktivitas mereka.
Sayangnya, beberapa waktu lalu, eksploitasi habis-habisan atas kematian Ashraf oleh media semakin membuat BCL sedih.
Seorang psikolog, Indah Sundari akhirnya buka suara soal kondisi BCL dan Noah setelah ditinggal Ashraf.
Hal itu disampaikan Indah dalam acara Hotman Paris Show edisi Rabu (26/2/2020).
"Pengin ngebahas psikologi dari keluarga yang ditinggalkan, nah katanya Unge masih trauma tidur di kamarnya, Mbak Indah gimana melihatnya?" tanya Lolita, selaku co-host.
"Bicara soal trauma ya kak Lolita, kita belum bisa bilang kalau kak Unge ini memiliki trauma. Karena kejadian trauma, bisa dikatakan sebagai trauma kalau sudah lebih dari enam bulan.
"Jadi misalnya, kalau efeknya masih dirasakan setelah enam bulan kejadian, kita baru bisa bilang trauma," ungkap Indah.
Indah mengatakan bahwa saat ini BCL tengah berduka, bukannya trauma.
"Jadi disimpulkan sedih ya?" tanya Hotman Paris.
"Berduka bang, jadi ini adalah rangkaian duka yang saat ini tengah dirasakan oleh yang bersangkutan," papar Indah.
Lolita pun penasaran soal cara mengatasi trauma setelah ditinggal orang-orang terkasih.
Indah mengatakan bahwa apabila BCL mengalami trauma, maka proses penyembuhannya memakan waktu yang cukup lama.
"Kalau setelah 6 bulan masih ada itu baru disebut trauma, untuk mengatasi trauma itu seperti apa sih?" tanya Lolita.
"Iya. Untuk mengatasi trauma yang pasti bisa cepet bisa lambat, tergantung kondisi seseorang, dan kejadian apa yang membuat trauma itu terjadi.
"Kalau dalam kasusnya Unge ini kan ditinggal orang yang dicintai, apalagi secara mendadak. Bisa saya bilang, kalau ditinggal secara mendadak prosesnya akan lama," kata Indah.
"Jadi mungkin kondisi berdukanya akan lebih panjang dan pastinya untuk menghilangkan trauma bukan proses yang mudah, butuh dukungan dari keluarga dan orang sekitar," tambahnya.
Sementara itu, menurut Indah, Noah juga perlu pehatian lebih dari orang-orang disekitarnya agar tidak mengalami trauma berkepanjangan.
Namun, orang di sekitar Noah lebih baik tak menutupi fakta sedikitpun.
"Pasti berat buat anak, karena anak di usia Noah juga belum tentu ngerti kenapa ini terjadi.
"Yang harus kita lakukan kepada anak yang orang tuanya meninggal mendadak, adalah kita tak boleh menyembunyikan atau menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya," ungkap Indah.
Indah pun mengatakan bahwa lebih baik bagi Noah untuk meluapkan emosinya.
Hal itu justru akan membuat Noah bisa menerima kenyataan bahwa sang ayah telah meninggal dunia.
"Alangkah lebih baik kita cerita, bahwa kondisinya memang ayahnya sudah tidak ada, tapi secara pelan-pelan. Biarkan anak meresapi setiap kejadiannya.
"Biarkan anak menangis, anak marah, anak tantrum, itu nggak papa," papar Indah.
"Itu justru cara anak mengekspresikan emosinya, dan lama-lama dia akan terbiasa dengan kejadian dan menerima bahwa ayahnya memang sudah tidak ada," tandasnya.
(*)