Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Misteri penemuan mayat di gorong-gorong depan sekolahan SMPN 6 Tasikmalaya akhirnya terungkap.
Delis Sulistina (13) salah satu siswi di SMPN 6 Tasikmalaya itu sempat dikabarkan hilang sebelum akhirnya mayatnya ditemukan.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut kini, misteri kematian bocah malang tersebut akhirnya menemukan titik terang.
Melansir dari Kompas.com pada Jumat (28/2/2020), Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karbianto menyampaikan siapa otak dari pembunuhan tersebut.
Anom Karbianto menyampaikan bahwa pelaku bernama Budi Rahmat (45) atau ayah kandung korban.
Seperti yang dikutip Grid.ID sebelumnya, ayah korban sempat buka suara tentang kematian putrinya.
Baca Juga: Inilah Jhator, Ritual Pemakaman Mengerikan di Tibet, Mayat Dibiarkan Dimakan Burung Nasar
Saat dikabarkan hilang, Budi Rahmat mengaku pada guru di sekolah bahwa sang putri tengah bersamanya seharian.
Namun saat kembali dikonfirmasi lebih lanjut Budi Rahmat mengaku telah berbohong.
Kala itu, Budi mengaku hanya menginginkan para guru yang tengah melakukan pencarian segera hengkang dan pergi dari tempatnya bekerja.
"Supaya cepat saja Pak. Saya lagi sibuk kerja dan supaya guru sekolah anak saya cepat pulang," ujarnya.
Tak hanya mengaku berbohong, Budi Rahmat juga menyampaikan bahwa dirinya adalah sosok pelupa dan menderita hilang ingatan.
"Saya ada sakit di otak, hilang ingatan, karena efek ibu saat mengandung saya terlalu banyak minum obat. Katanya gitu kata orang tua saya," jelasnya.
Akhirnya kini misteri kematian itu telah terbongkar, Budi Rahmat yang tak lain adalah ayah korban kini tak dapat mengelak lagi.
Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karbianto mengaku sebelumnya sudah meminta keterangan pada pelaku hingga tiga kali, namun selalu disangkal.
"Sebelumnya menyangkal terus, sudah tiga kali diperiksa pelaku oleh kepolisian. Sampai akhirnya kita temukan bukti-bukti lengkap dan membawa pelaku ke lokasi kejadian sampai akhirnya mengakui perbuatannya," kata Anom.
Misteri kematian Delis akhirnya terkuak setelah ditemukannya jejak sepatu korban dan sandal pelaku di lokasi kejadian saat proses penyelidikan.
Menurut penyampaian Anom, Budi Rahmat akhirnya mengaku nekat membunuh anaknya karena emosi.
Budi mengaku emosi saat sang putri meminta uang untuk acara studi tour ke Bandung sebesar 400 ribu.
"Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cekcok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi," paparnya.
Setelah kesal terlibat emosi dan cekcok, akhirnya Budi Rahmat mencekik korban dan menyembunyikan mayat anaknya di gorong-gorong di depan sekolah anaknya.
(*)