Find Us On Social Media :

Bukan Dokter Tapi Pasien Mengaku Sembuh Setelah Diobati Ningsih Tinampi, Terungkap Fakta Mengejutkan dari Sisi Medis

By None, Jumat, 28 Februari 2020 | 14:25 WIB

Ningsih Tinampi, seorang ahli pengobatan alternatif

Artinya, walaupun terlihat tak ilmiah, bohongan, pasien bisa merasakan efek kesembuhan.

Dilansir nakita.id dari kompas.com, plasebo adalah istilah medis untuk sejenis obat dan sistem pengobatan "semu".

Orang yang sudah bergantung pada perspektif pengobatan medis tak dapat menerima dan akan merasa lebih sakit ketika diberitahu bahwa sebetulnya penyakitnya dapat disembuhkan tanpa obat atau hanya dengan cukup istirahat.

Baca Juga: Nagita Slavina Ketahuan Pakai Tas Hermes Rp1,5 Miliar, Raffi Ahmad Malah Cecar Sang Istri: Pake Uang Siapa Belinya?

Pasien seperti itu biasanya berangsur-angsur menjadi sehat begitu mendapat suntikan, obat atau dioperasi, meskipun suntikan atau obat itu sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang bersifat medis.

Misalnya, bahan yang dimasukan melalui suntikan hanya cairan garam, pil berselaput gula, atau bahkan pembedahan tanpa pemotongan organ dalam.

Melalui berbagai kejadian dan percobaan, plasebo terbukti menyumbangkan sekitar 35-75 persen kesembuhan pada pasien dengan beberapa jenis penyakit.

Kesembuhan itu diperkirakan bukan hanya diakibatkan oleh obat plasebo, melainkan juga hal-hal lain yang di luar itu.

Sejumlah peneliti dari Jerman mengatakan, penemuan baru bahwa efek plasebo juga mejangkau tulang belakang dan mungkin dapat membantu upaya mencari cara yang lebih baik untuk mengatasi rasa sakit dan gangguan lain.

Baca Juga: Dapat Kiriman Kosmetik dari BCL, Syahrini Dihujat dan Dianggap Angkuh Lantaran Lakukan Hal ini

Dengan menggunakan teknologi pencitraan modern, para peneliti tersebut menemukan bahwa keyakinan sederhana pada pengobatan rasa sakit cukup efektif menghambat sinyal sakit di wilayah tulang belakang yang disebut "the dorsal horn", yang memberikan mekanisme biologis yang kuat saat "obat" itu bekerja.

"Ini berakar sangat dalam di area awal sistem syaraf pusat, dan memberikan dampak yang kuat," kata peneliti yang memimpin penelitian itu, Falk Eippert dari University Medical Center Hamburg-Eppendorf.