Eippert dan sejumah koleganya menggunakan pencitraan resonansi fungsional, atau fMRI, untuk mengamati perubahan pada aktivitas tulang belakang.
Mereka memberikan panas yang menyakitkan ke lengan 15 pria sehat dan membandingkan respons tulang belakang saat mereka berpikir telah diobati dengan krim anestesi atau placebo.
Nyatanya, kedua krim itu tidak aktif, tetapi hasil pemindaian fMRI menunjukkan kegiatan syaraf berkurang secara mencolok pada pria yang merasa yakin mendapatkan anestesi.
Baca Juga: Unik, Restoran di Singapura ini Bebaskan Pelanggan Bayar Makanan Semampunya
Kemampuan obat palsu dengan komponen tidak aktif untuk menghasilkan keuntungan klinis secara nyata itu telah lama membingungkan para dokter dan membuat frustrasi pada produsen obat.
Para pasien biasanya diberi obat percobaan atau contoh dalam percobaan klinis dan ternyata mereka yang mendapatkan plasebo juga membaik, sehingga sulit untuk memastikan apakah obat baru itu berfungsi.
Efek plasebo cukup kuat pada pengobatan sistem syaraf, seperti depresi atau rasa sakit.
Biasanya, para ahli melihat efek itu sebagai dampak psikologis, tetapi penelitian baru di Jerman itu merupakan bukti terbaru bahwa ada komponen fisik yang penting.
Namun, apa yang menolak sinyal sakit pada tulang belakang saat plasebo diberikan masih belum jelas, meskipun Eippert menduga sejumlah bahan kimia termasuk opioid, noradrenalin dan serotonin alami mungkin terkait dengan hal itu.
Baca Juga: Tebak Sifat Buruk dan Baik Berdasarkan Zodiak, Aries Gemar Bertualang Tapi Cepat Marah
Dalam jurnal Science, Eippert dan para koleganya menulis bahwa penelitian ini membuka jalan untuk memperkirakan kemanjuran dan lokasi yang memungkinkan untuk pengobatan baru bagi berbagai bentuk rasa sakit, termasuk rasa sakit kronis. (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita.ID dengan judul Banyak Pasien Ningsih Tinampi Merasa Sembuh dan Membaik, Ternyata Riset Medis Menguatkan Fakta itu! Inilah yang Sebenarnya Terjadi