Grid.ID – Pertengahan pekan lalu, publik dikejutkan dengan kabar pembunuhan yang terjadi di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).
Kasus pembunuhan itu menjadi tak biasa karena pelakunya adalah remaja ABG, berinisial NF (15), sementara korbannya adalah seorang bocah, APA (6).
Menurut polisi, NF tega melakukan pembunuhan terhadap APA yang tak lain adalah tetangganya sendiri, lantaran kerap menonton film horor sadis.
Bahkan, proses pembunuhan yang dilakukan NF terhadap APA merupakan salah satu adegan dari film yang kerap ditontonnya.
Kasus ini dengan cepat terungkap karena NF akhirnya menyerahkan diri ke kantor polisi, pasca satu hari melakukan pembunuhan.
Sebelumnya, NF sempat menyembunyikan jenazah APA di dalam lemari pakaian selama satu hari satu malam, usai dicekik dan ditenggelamkan ke dalam bak mandi.
Polisi yang sedang mendalami kasus ini juga mengamankan beberapa bukti berupa 13 gambar serta tulisan yang terlihat aneh di sebuah white board dan beberapa lembar kertas HVS.
Lantas, ada salah satu kalimat yang paling jelas yang ditunjukkan polisi kepada awak media adalah: keep calm and give me torture atau tetap tenang dan beri aku siksaan.
Sementara itu, gambar-gambar yang dibuat NF didominasi dengan sketsa wanita berwajah sedih dan diikat tali.
Selain itu, ada salah satu gambar tokoh fiksi Slender Man, yang dikenal suka menghipnotis dan menculik anak kecil.
Dari pengakukan NF kepada polisi, disebutkan kalau remaja itu memang terobsesi dengan film horor, kekerasan dan sadis seperti film boneka Chucky dan karakter Slender Man.
Bicara soal Slender Man, di tahun 2014 silam, ada kisah mengerikan yang kurang lebih sama dengan kasus yang dilakukan oleh NF.
Persahabatan Berakhir Pembunuhan
Ini adalah kisah nyata persahabatan tiga orang perempuan muda yaitu Payton Leutner, Morgan Geyser, Anissa Weier dari Waukesha, Wisconsin, Amerika Serikat.
Di tahun 2014 silam, ketiganya masih berusia 12 tahun.
Kisah nyata ini berawal di tahun 2012 ketika Payton Leutner melihat Morgan Geyser yang makan sendirian di sebuah kafetaria.
Lantaran empatinya yang tinggi, Payton Leutner berinisiatif untuk mendekati Morgan Geyser dan menawarkan diri untuk menemaninya makan.
Singkat cerita, dari pertemuan di kafetaria itu, Payton Leutner dan Morgan Geyser menjadi teman akrab.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama, mulai dari saling menginap di rumah masing-masing, berangkat sekolah bersama, sampai bermain bersama.
Bahkan, saking dekat dan akrabnya mereka, Morgan Geyser memberikan ‘nama sayang’ untuk sahabatnya, yaitu Bella.
Sama seperti kasus NF di Sawah Besar, Morgan Geyser ternyata memiliki imajinasi yang liar dan besar dalam hal menggambar.
Morgan Geyser kerap menggabar sesuatu sebagai ungkapan hatinya, bak gayung bersambut, hasil karya Geyser itu ternyata disukai oleh sahabatnya, Payton Leutner.
Beranjak kelas 6 Sekolah Dasar, Payton Leutner dan Morgan Geyser bertemu dengan bocah perempuan lain bernama Anissa Weier.
Namun sayangnya, sejak awal Payton Leutner tak menyukai kehadiran orang baru di antara persahabatan mereka.
Selain itu, Anissa Weier disebut sering bersikap kasar terhadap Payton Leutner selama mereka bertiga berteman.
Payton Leutner terpaksa menerima kehadiran Anissa Weier yang dia sebut kasar, karena suka tak suka, dia harus menghormati pula persahabatan Morgan Geiser dengan Anissa Weier.
Leutner berpikir kalau sikap kasar Anissa Weier terhadapnya, karena Weier cemburu karena Morgan Geiser sayang terhadap dirinya, yang merupakan sahabatnya sejak lama.
Tak menaruh curiga apapun, Payton Leutner tetap menjalani persahabatan dengan dua perempuan muda itu.
Sayangnya, keakraban Payton Leutner dengan Morgan Geyser disalib oleh keakraban Geyser dengan Anissa Weier.
Mereka berdua lebih akrab karena tinggal di komplek apartemen yang sama dan berangkat ke sekolah bersama.
Keakraban Morgan Geyser dan Anissa Weier semakin terjalin karena mereka memiliki kesukaan yang sama, yakni menggemari kisah horor, terutama karakter fiksi Slender Man.
Dua ABG itu menemukan karakter Slender Man di dalam situs Creepy Pasta, yang dikenal sebagai situs horor dan thriller.
Semakin lama, dua ABG Geyser dan Weier itu terobsesi untuk membuktikan keberadaan Slender Man di dunia nyata, yang sebenarnya adalah tokoh fiksi.
Slender Man sendiri digambarkan sebagai sosok tinggi berbadan ‘tipis’ yang selalu mengenakan jas berwarna hitam, tak memiliki wajah dan memiliki tentakel di bagian punggungnya.
Slender Man dikenal suka memangsa anak kecil, bisa menghipnotis anak-anak lalu menculiknya, ketika kedua lengannya terlentang.
Sosok fiksi Slender Man semakin viral di dunia maya, dan pada tahun 2013 Morgan Geyser dan Anissa Weier menyebutkan kalau mereka bedua adalah murid dari sosok tak berwajah itu.
Korbankan Nyawa Manusia
Ngerinya, demi membuktikan dedikasinya kepada Slender Man, Morgan Geyser dan Anissa Weier membutuhkan untuk mempersembahkan nyawa manusia.
Morgan Geyser menyebutkan kepada Anissa Weier kalau mereka butuh mempersembahkan nyawa kepada Slender Man demi ‘sah’ menjadi pengikutnya.
Tanpa banyak argumentasi, Weier mengamini kata-kata Morgan Geyser yang memiliki ide untuk melakukan pembunuhan terhadap sahabat mereka sendiri, Payton Leutner.
Bagi Morgan, pembunuhan in harus dilakukan untuk membuktikan bahwa Slender Man itu nyata adanya.
Obsesi mereka berdua terhadap sosok Slender Man membuat keduanya gelap mata.
Kode Rahasia
Obsesi Morgan dan Anissa untuk membuktikan sosok Slender Man, membuat mereka melakukan rencana pembunuhan selama 4 bulan lamanya.
Bahkan, Morgan Geyser dan Anissa Weier memiliki kata-kata yang mereka gunakan sebagai kode pembunuhan terhadap sahabat mereka sendiri.
Kode rahasia itu mereka buat, agar orang-orang di sekelilingnya tak curiga dengan obrolan yang mereka lakukan.
Mereka mengganti kata ‘pisau’ menjadi ‘cracker’ dan mengganti kata ‘membunuh’ menjadi ‘itch’ dan banyak kata rahasia lain yang mereka buat.
Rencana awal adalah, Morgan dan Anissa mengundang Payton Leutner ke ulang tahun Morgan Geyser ke-12 pada 31 Mei 2014.
Momen itu mereka anggap tepat karena mereka bisa berkumpul hanya bertiga, seperti momen-momen mereka dulu.
Dikutip oleh Grid.ID dari Nightline, kedua orangtua Payton menyebutkan kalau anak perempuan mereka sangat bahagia menyambut hari bahagia ulang tahun sahabatnya.
Payton Leutner bermain di kamar Morgan bersama Anissa seperti biasanya. Sama sekali tak ada kecurigaan saat itu.
Petak Umpet dan Rencana Pembunuhan
Setelah berkunjung ke skate park dan menginap di rumah Morgan, mereka bertiga meminta izin kepada orangtua untuk berkunjung ke David’s Park.
“Mereka hanya ingin pergi jalan-jalan dan tak ada yang salah dengan jalan-jalan,” kata Payton.
Di tengah perjalanan, Morgan menunjukkan kepada Anissa, pisau yang sudah dia simpan di bagian pinggangnya, alat yang akan mereka gunakan untuk membunuh Payton.
Selama berada di David’s Park, Payton sama sekali tak menaruh curiga kepada dua sahabatnya itu, padahal ketika mereka bertiga berada di kamar mandi, Morgan dan Anissa sudah mulai melakukan percobaan pembunuhan yang pertama, namun gagal.
Rencana selanjutnya adalah Morgan dan Anissa mengajak Payton untuk bermain petak umpet, sementara Morgan bertugas untuk mencari 2 sahabatnya.
Anissa meminta Payton untuk tidur di tanah dan menutupinya dengan ranting, dengan alasan agar ia tak terlihat saat Morgan mencari.
Nyatanya, itu adalah bagian dari rencana besar mereka, karena setelah tubuh Payton tertutup ranting, Anissa berteriak kencang kepada Morgan, “Go ballistic, go crazy!” atau “Kalau mau sadis gila-gilaan, silakan saja!”
19 Tusukan di Sekujur Badan
Usai mendengar kode teriakan dari Anissa, Morgan langsung berlari menindihi badan Payton dan menghujani temannya itu dengan hunusan pisau yang sudah dia siapkan.
Bahkan, tusukan yang ditujukan Morgan kepada Payton itu nyaris mengenai jantung sang sahabat.
“I hate you, I trusted you!” teriak Payton kepada sahabatnya, Morgan Geyser.
Setelah membunuh Payton, rencananya Morgan dan Anissa akan langsung berkunjung ke lokasi bernama Chequamegon-Nicolet National Forest yang mereka percayai sebagai rumah dari Slender Man.
Dengan sekuat tenaga, Payton yang ditinggalkan sendirian di hutan, berusaha untuk bergerak dan berpindah ke tempat yang setidaknya ada orang yang bisa melihatnya.
Sampai akhirnya ada seorang pesepeda yang melintas dan menolong Payton yang sudah berlumur darah.
Menurut dokter yang menangani Payton, gadis berusia 12 tahun itu mendapat 19 kali tusukan di sekujur badan, tangan dan kaki.
Ngerinya, jika Morgan menggeser sedikit saja pisaunya selebar rambut manusia, pisau itu akan menghunus ke arah jantung.
“Aku seharunya tidak selamat setelah apa yang terjadi padaku,” kata Payton Leutner setelah dirawat selama 6 hari di rumah sakit.
Pelaku Tak Menyesal dan Menari-nari di Ruang Interogasi
Polisi melakukan pencarian terhadap dua pelaku, Morgan Geyser dan Anissa Weier dan akhirnya mereka ditemukan di pinggir jalan tol setelah 5 jam kabur dari David’s Park.
Wajah keduanya juga terekam jelas di CCTV kota tersebut.
Mereka berdua mengaku sempat mampir ke sebuah mini market Walmart untuk mecuci noda darah di pakaian mereka.
Di ruang interogasi, Morgan mengakui harus membunuh Payton karena kalau tidak, menurut imajinasinya, Slender Man akan datang membunuh keluarga mereka.
“Ini aneh, aku enggak menyesal sama sekali, aku kira aku merasakan penyesalan, tapi ternyata aku tidak merasakan apapun,” aku Morgan Geyser di ruang interogasi.
Selama di dalam ruang interogasi, Morgan terlihat sama sekali tak memiliki beban, santai dan bahkan dia sempat menari-nari dan menanyakan apakah temannya sudah mati.
Saat diperiksa, polisi mengantongi barang bukti berupa pisau yang digunakan untuk melukai Payton di dalam tas, lalu ada beberapa gambar Slender Man dalam beberapa bentuk.
Lalu ada tulisan bernada mengerikan ditemukan di buku Morgan: “I want to die, help escape my mind” atau aku mau mati, tolong bebaskan pikiranku.
Ternyata, sebelumnya, Morgan Geyser sudah melakukan riset bagaimana cara kabur dari pembunuhan dan seberapa gila dirinya, jauh sebelum menusuk sahabatnya sendiri.
Penyakit Mental
Akhirnya Morgan Geyser dan Anissa Weier disidangkan dengan tuntutan 65 tahun atas kasus percobaan pembunuhan.
Namun pada tahun 2017 keduanya dipertimbangkan kembali dengan alasan keduanya memiliki penyakit mental.
Anissa Weier disebut memiliki Shared Psycotic Disorder dan dituntut 25 tahun di dalam Mental Health Institution, sementara Morgan Geyser disebut mengidap Skizofrenia dan dituntut 40 tahun di tempat yang sama.
Oleh dokter, Morgan Geyser diidentifikasi sudah mengidap Skizofrenia sejak umur 3 tahun dan sudah sering mengalami halusinasi, melihat visual dan mendengar suara aneh.
Kabar Payton Leutner
Payton Leutner akhirnya sembuh dan mengenyam pendidikan lagi karena ingin menjadi seorang dokter.
Keputusan itu dia ambil karena terinspirasi dari kisah nyata hidupnya, dia ingin sekali menolong orang lain yang kesusahan seperti dirinya.
Sampai saat ini Payton mengalami trauma untuk mengenal orang-orang baru yang dekat dengannya.
(*)