"Teman ibuku seharusnya mengawasi adik bungsuku namun mereka mengusirnya ke jalan."
Kehilangan keluarga akibat kelaparan tak hanya dialami Jo namun juga sebagian besar masyarakat Korea Utara saat itu, mungkin juga hari ini.
"Tak hanya keluarga saya yang tewas kelaparan, ada ratusan keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka sebab hal yang sama," tandas Jo.
Baca Juga: Pemilu di Korea Utara, Barangsiapa Tak Coblos Kim Jong Un Siap-siap Mati!
Beruntung Jo, saudara perempuannya dan sang ibu berhasil menyelamatkan diri.
Setibanya di Tiongkok, mereka mengajukan status pengungsi agar dapat berpindah ke AS dan bermukim di sana.
Jo dan keluarganya pun menjadi warga negara AS pada 2013.
"Hidup saya benar-benar berubah ketika saya datang ke Amerika Serikat," paparnya.
Kini, Jo dan keluarganya yang tersisa tak lagi merasakan kelaparan. Ia sehat, begitu pula ibu dan saudari perempuannya.
Jo yang dahulu tidak pernah mengemban pendidikan formal, kini bekerja sebagai pengacara sekaligus asisten dokter gigi.
"Kurasa ini yang yang disebut kebebasan untuk hidup, hal yang sangat dibutuhkan saya dan keluarga," tutup Jo. (Grid.ID/Aditya Prasanda)
Baca Juga: Punya Aturan Super Ketat, Begini 10 Cara Tak Biasa Warga Korea Utara Kabur dari Negaranya
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Kisah Pembelot Korea Utara, Melarikan Diri dan Makan Tikus Demi Bertahan Hidup
(*)