Tembakan Fretilin itu dibalasnya dengan tembakan senapan mesin yang ia bawa hingga Pratu Suparlan sudah tak sanggup lagi berdiri karena luka-lukannya.
Belum selesai sampai disitu, mengetahui Pratu Suparlan sudah hampir tewas, puluhan Fretilin mengerumuninya dan memberikan tembakan di lehernya.
Namun sebelum ajal menjemput dengan sisa-sisa tenaga Pratu Suparlan mengambil granat dari kantongnya, menarik pin dan meloncat di kumpulan milisi Fretilin.
"Allahu Akbar..." pratu Suparlan berteriak untuk terakhir kalinya lantas ledakan keras terdengar dari granat tadi, pratu Suparlan gugur bersama para milisi Fretilin yang 'ikut diajak mati' oleh aksi nekat pratu Suparlan.
Pasukan bantuan segera tiba bersama sisa anggota Kopassus yang berlindung di celah bukit tadi mereka menyerbu para milisi Fretilin.
Para milis berhamburan ketika diserbu oleh TNI, mereka lari kalang kabut.
Pada malam hari setelah pertempuran selesai jumlah korban di pihak Kopassus mencapai 7 orang termasuk pratu Suparlan yang jenazahnya ditemukan dalam keadaan tak utuh.
Sedangkan pihak Fretilin jatuh korban sebanyak 83 orang dan sisanya ada yang ditangkap hidup-hidup.
Berkat keberaniannya Pratu Suparlan dinaikkan pangkatnya menjadi Kopda (Anumerta) dan tanda saja Bintang Sakti.
Nama Pratu Suparlan juga diabadikan sebagai nama Lapangan Udara Perintis di Pusdikpassus Batujajar Bandung.
Dengan semboyan 'Berani, Benar, Berhasil' Kopassus tidak mau jemawa dengan semua prestasi yang didapat melainkan semua itu demi jayanya negara Indonesia.
Dirgahayu Korps Baret Merah ke-66 tahun! 'Kami Bukannya Hebat Tapi Terlatih.' (*)