Find Us On Social Media :

Waktu yang Tepat Kenalkan Coklat pada Balita dan Apa Saja Manfaatnya

By Linda Fitria, Selasa, 17 April 2018 | 08:48 WIB

Kapan sih anak kecil mulai boleh makan coklat?

Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Fitria C

Grid.ID - Hampir semua orang menggemari coklat.

Olahan dari buah kakao yang memiliki cita rasa manis ini bahkan disebut-sebut sebagai makanan peningkat mood.

Coklat dinilai bisa mengobati kesedihan, bahkan bisa membuat orang bahagia.

Sayangnya, banyak orang tua beranggapan mengonsumsi banyak coklat tidak baik untuk si kecil.

Risiko sakit gigi, gigi berlubang sampai obesitas seakan membayangi anak-anak.

(BACA : Cerita Zaskia Adya Mecca Saat Bhai Kaba Cari-cari Perhatian, duh Lucunya!)

Lantas kapan sih sebenarnya balita boleh mengonsumsi coklat?

Dikutip dari Mom Junction, umur pertama balita boleh mengonsumsi makanan manis ini ialah saat di kecil berumur 24 bulan atau 2 tahun.

Saat balita berumur 2 tahun, sistem pencernaan dalam tubuhnya sudah mulai berfungsi secara maksimal.

Saat masih bayi, anak belum boleh mengonsumsi coklat karena kandungan kafein yang terkandung belum bisa mereka cerna.

(BACA : 4 Cara Efektif Mengasuh Anak yang Memiliki Sifat Introvert, Orang Tua Wajib Tahu!)

Meski begitu, kandungan coklat sebenarnya bagus loh untuk tumbuh kembang anak.

1. Coklat bisa mendukung fungsi otak pada anak karena adanya senyawa Flavanols di dalamnya.

2. Mengonsumsi coklat secara teratur bisa meningkatkan kinerja jantung dan pembuluh darah.

3. Flavanols dalam coklat juga bisa mencegah pembekuan darah dan meningkatkan sirkulasi darah.

4. Coklat juga bisa mengurangi kerusakan sel dalam tubuh.

Untuk mengenalkan coklat, orang tua bisa memulainya dengan memberi si kecil susu coklat.

(BACA : Kerap Diabaikan, Penggunaan Bantal untuk Bayi Ternyata Punya Risiko Buruk!)

Hal ini karena dalam susu coklat hanya sedikit kafein yang terkandung.

Saat memilih susu coklat, ada baiknya orang tua melihat kandungan gula yang paling rendah.

Susu dengan kandungan gula rendah bisa mengurangi potensi anak terkena obesitas dan diabetes.(*)