"Saya tahu yang dibicarakan beberapa media dan orang yang menyebarkan mengenai saya dan ibu saya dan menyerang profesi kami sebagai penari, pegiat seni, dan pejuang budaya yang selama hidup kami sekeluarga selalu berbuat apa pun yang kami bisa untuk Indonesia dalam hal seni budaya," kata pasien Kasus 01.
Hal tersebut membuat kondisi psikis dari pasien Kasus 01 dan 02 menurun dan mungkin tak hanya dialami mereka, tetapi juga pasien lainnya.
Pasien Kasus 01 mengatakan, begitu namanya tersebar sebagai penderita Covid-19, ia langsung kebanjiran pesan di WhatsApp dan media sosial.
Mereka bertanya bagaimana gejala yang timbul saat terinfeksi virus tersebut.
Namun, kata dia, apa yang terjadi pada dirinya membuat orang lain takut untuk memeriksakan diri.
Oleh karena itu, dia meminta semua pihak untuk menjaga privasi dan menghargai pasien yang terkena virus ini.
"Itu harus dijaga sekali. Orang luar jangan hakimi pasien positif Covid-19 dengan stigma negatif karena pasien akan jadi korban dua kali," ujar pasien Kasus 01 sambil menitikkan air mata.
Untungnya, mereka mendapatkan penanganan yang begitu baik oleh semua pihak di RSPI Sulianti Saroso. Hal itu diungkapkan oleh pasien Kasus 02.
"Saya bersyukur sekali diisolasi di RSPI Sulianti Saroso. Karena baik dokter, suster, pekerja lab, bahkan cleaning service, sangat membantu kami," ucap pasien Kasus 02.
Selama diisolasi, mereka mengaku mendapatkan perawatan dan layanan yang maksimal oleh orang-orang yang terlibat dalam penyembuhan mereka.