Ketika melewati terusan Suez dan masuk ke Laut Merah rupanya dari perairan Jibouti, KRI Cakra sudah dikuntit oleh sebuah pesawat intai maritim P3 Orion milik Angkatan Laut Prancis.
Maksud dari P3 Orion AL Prancis tersebut ialah memata-matai KRI Cakra dan mengambil data-data tentang kapal selam milik Indonesia tersebut.
KRI Cakra kemudian menyelam sampai kedalaman 75 meter dibawah permukaan laut.
Tak mau kehilangan sasarannya P3 Orion Prancis kemudian melemparkan Sonobouy, yakni semacam alat pemancar sonar yang dicemplungkan ke laut untuk mendeteksi keberadaan kapal selam.
Tapi KRI Cakra bukannya menghindari pancaran sonar tersebut.
Komandan kapal malah menyuruh agar KRI Cakra naik ke permukaan, menampakkan diri ke pesawat milik AL Prancis itu.
Lebih gilanya komandan lantas menyuruh awak kapal untuk mengambil sonobouy itu.
Sonobouy lantas diambil dan dimatikan transponder sonar pelacaknya kemudian dibawa masuk ke dalam kapal selam.
Melihat hal itu awak pesawat P3 Orion Prancis bingung dan berang lantaran sonobouy yang harusnya melacak KRI Cakra malah 'digondol' oleh targetnya sendiri.
Hingga pesawat itu tak bisa lagi melacak keberadaan kapal selam milik Indonesia tersebut.
Setelah selesai mengambil 'souvenir' dari AL Prancis untuk dibawa pulang ke Indonesia maka KRI Cakra kembali menyelam dan langsung tancap gas pulang ke Indonesia.
Saat ini TNI AL mempunyai tiga buah kapal selam yang semuanya dinamai senjata milik tokoh pewayangan.
Dua diantaranya ialah KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 buatan Jerman.
Sedangkan satunya yakni KRI Nagapasa 403 dan akan ditambah lagi KRI Ardadedali 404 serta KRI 405 Nagarangsang.
Semuanya buatan Korea Selatan namun yang terakhir melalui transfer of technology (TOT) dibuat di galangan kapal PT.PAL Indonesia.(*)