- Bayi merasa tertekan sehingga melepaskan meconium (tinja saat di rahim), hal ini bisa tercampur dengan ketuban dan dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi.
- Kompresi tali pusat yang menyebabkan penurunan denyut jantung, akumulasi karbon dioksida dalam darah, dan kerusakan otak pada bayi.
Menurut March of Dimes, sekitar 4% wanita hamil didiagnosis dengan tingkat cairan ketuban rendah pada trimester terakhir.
(BACA : 3 Manfaat Gunakan Dot pada Bayi, Bisa Kurangi Risiko Kematian Mendadak loh!)
Tanda-tanda penyakit ini yang paling bisa dikenali tentunya ialah gerakan yang minim pada janin dalam kandungan.
Selebihnya tanda-tanda lain dapat diketahui saat ibu hamil memeriksakannya ke dokter karena berhubungan dengan kondisi langsung di dalam rahim.
Risiko-risiko ini dapat dikurangi jika tingkat cairan ketuban terus dipantau.
Oleh karena itu, kuncinya adalah dengan rutin berkonsultasi pada dokter. (*)
(Artikel ini pernah tayang di Nakita dengan judul : "Bayi Jarang Bergerak di Kandungan, Waspada Penyakit Kehamilan Ini")