Sekitar 60% dari 175.700 korban tewas akibat senjata api di AS disebabkan oleh bunuh diri.
"Lebih dari 80% percobaan bunuh diri menggunakan senjata api berujung kematian. Dan peluang mereka untuk bertahan hidup sangatlah rendah." papar kriminolog dan sosiolog, Tom gabor, penulis buku Confronting Gun Violence in America.
3. Senjata api membuat pria berperilaku lebih agresif
Sementara itu data lain menyebutkan, keberadaan senjata api dapat membuat pria berperilaku lebih agresif.
Akibatnya, 50 wanita AS ditembak mati oleh pasangannya setiap bulan.
4. Di AS, ribuan warga tewas akibat polisi gunakan senjata api
Dari ribuan orang yang tewas akibat polisi menggunakan senjata api, tak jarang penembakan-penembakan itu dilatari alasan rasial.
Pengakuan Wanita yang Menyesal Memiliki Seorang Anak: Sepi dan Gundah Ia Jalani Seorang Diri
5. Penggunaan senjata api diperketat, tingkat pembunuhan lebih rendah
Sebuah studi tahun 2017 mengungkapkan negara bagian AS yang menerapkan perundang-undangan senjata api yang ketat, memiliki 'tingkat pembunuhan akibat senjata api' yang lebih rendah dibanding negar-negara bagian lainnya.
Lantas apakah pembunuhan akan berkurang drastis jika senjata api dilenyapkan dari muka bumi?
Sejarah mencatat, pada dasarnya setiap manusia memiliki kecendrungan untuk berprilaku jahat, bahkan melakukan sebuah pembunuhan.
Hal ini diungkapkan David Yamane, profesor sosiologi Wake Forest University, di Carolina Utara.
"Lihatlah pembunuhan massal di Rwanda, pembunuhan di sana luar biasa, dan mereka tidak menggunakan banyak senjata api" tutur Yamane.
Sebab saat kita ber-eksperimen dalam pikiran, membayangkan semua senjata lenyap dari muka bumi, perang sipil tetap akan terjadi dengan bermacam cara.
Lupakan perang menggunakan tombak, suriken, bambu runcing ataupun panah, negara-negara hari ini akan beralih ke metode pembunuhan termutakhir: senjata kimia dan nuklir. (*)