Grid.ID – Otak merupakan organ penting bagi manusia untuk menjalankan segala aktivitas tubuh.
Penting untuk menjaga kesehatan otak, salah satunya dengan merapkan gaya hidup sehat dengan menonsumsi makanan yang tepat.
Ya, pasalnya ada beberapa makanan yang ternyata bisa memengaruhi kinerja otak, bahkan membuatnya menjadi 'lemot'.
Beberapa makanan memiliki efek negatif pada otak.
Pengaruh ini di antaranya memengaruhi daya ingat, suasana hati, dan meningkatkan risiko demensia.
Dilansir oleh Helath Line, Sabtu (21/3/2020), diperkirakan demensia akan memengaruhi lebih dari 65 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2030.
Untungnya, kamu bisa membantu mengurangi risiko penyakit ini dengan mengurangi konsumsi makanan tertentu.
Ada 7 makanan yang buruk untuk perkembangan otak.
Bahkan kinerja otakmu bakalan menurun jika terlalu banyak mengonsumsi deretan makanan ini.
1. Minuman manis
Minuman ini termasuk soda, minuman berenergi, hingga jus buah.
Selain bisa memperlebar ukuran pinggangmu, minuman manis ini juga bisa meningkatkan risiko terjangkit demensia.
Sirup jagung dengan fruktosa tinggi mungkin sangat berbahaya.
Ini menyebabkan peradangan otak dan mengganggu memori serta daya tangkap.
Namun, masih diperlukan studi lebih lanjut pada manusia.
Baca Juga: 6 Makanan yang Bisa Tingkatkan Daya Tahan Tubuh untuk Bantu Cegah Virus Corona
2. Karbohidrat olahan
Karbohidrat ini termasuk gula dan biji-bijian yang diproses, misalnya tepung putih.
Karbo jenis ini umumnya memiliki indeks glikemik tinggi.
Asupan tinggi karbohidrat olahan dengan indeks glikemik (GI) tinggi dan muatan glikemik (GL) dapat mengganggu memori otak.
Selain itu, tingkat kecerdasan juga menurun serta risiko demensia meningkat.
3. Makanan tinggi lemak trans
Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang bisa berdampak buruk pada kesehatan otak.
Lemak trans alami ditemukan pada daging dan susu.
Sementara lemak buatan ada pada margarin, makanan ringan, kue siap makan, dan kue kemasan.
Lemak trans dapat menimbulkan gangguan memori dan risiko Alzheimer.
Menghindari makanan yang mengandung lemak trans adalah upaya yang baik untuk diet.
4. Makanan olahan tinggi
Makanan olahan cenderung tinggi gula karena kerap ditambahkan lemak dan garam.
Jenis ini termasuk keripik, permen, mie instan, popcorn, saus dan fast food.
Makanan olahan berkontribusi terhadap kelebihan lemak di sekitar organ, terkait dengan penurunan jaringan otak.
Melakukan diet yang kebarat-baratan dengan konsumsi makanan olahan akan meningkatkan peradangan otak, merusak memori, hingga sawar darah otak.
5. Aspartame
Aspartame adalah pemanis buatan yang kerap digunakan dalam banyak produk bebas gula.
Orang-orang sering memilih produk ini dengan dalih ingin menghindari gula.
Aspartame juga ditemukan di banyak minuman ringan.
Kebanyakan konsumsi Aspartame dikaitkan dengan masalah perilaku dan kognitif.
Ini akan tetap berisiko meski secara keselruhan dianggap sebagai produk yang aman.
Baca Juga: Tes Kepribadian: Objek Pertama yang Curi Perhatianmu Bisa Ungkap Sifat Kamu yang Dibenci Orang Lain
6. Alkohol
Konsumsi berlebihan alkohol memiliki efek serius pada otak.
Hal ini bisa menyebabkan pengurangan volume otak, perubahan metabolisme, dan gangguan komunikasi.
Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol akan berpengaruh pada perkembangan otak janin.
Ini juga terjadi pada remaja, yang mana otak mereka masih mengalami perkembangan.
Baca Juga: Dihujat Netizen Gegara Unfollow Ria Ricis di Instagram, Anji Tak Segan Beberkan Alasannya yang Nyelekit: Kontennya Bukan yang Pengin Saya Lihat, sih!7. Merkuri
Merkuri adalah kontaminan logam berat dan racun yang terkandung di jaringan hewan.
Sumber makanan utama merkuri pada manusia adalah makanan laut berjenis predator, misalnya hiu dan ikan pedang.
Merkuri jika tertelan akan menyebar ke seluruh tubuh dan terkonsentrasi di otak, ginjal, dan hati.
Merkuri bisa menyebabkan kerusakan komponen sel di otak, keterlambatan otak dan defisit perkembangan otak lainnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul “7 Makanan Ini Ternyata Bisa Menurunkan Kinerja Otak, Padahal Sering Dikonsumsi”