Sebuah tangkapan layar dari postingan NUS Atheist Society menunjukkan gambar Alkitab dan Al-Quran dengan judul: "Untuk digunakan selama kekurangan kertas toilet."
Direktori organiasai universitas sudah mengonfirmasi jika NUS Atheist Society bukan organisasi mahasiswa National University of Singapore (NUS) resmi.
Merasa marah, Shanmugam mengatakan bahwa pernyataan ofensif semacam itu tidak punya tempat di Singapura yang merupakan negara multi-ras dan multi-agama.
Akses ke pos asli NUS Atheist Society telah dinonaktifkan oleh polisi dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA).
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Sabtu (21/2/2020), Kementerian Dalam Negeri Singapura mengatakan telah menerima sejumlah keluhan tentang pos tersebut.
Mereka juga mendesak anggota masyarakat untuk berhati-hati ketika berpartisipasi dalam diskusi online.
Masyarakat juga diimbau agar tidak memposting komentar yang dapat membahayakan kerukunan antarras dan antarumat beragama Singapura.
"NUS melaporkan halaman NUS Atheist Society ke Facebook pada Kamis (19/3/2020)," ujar perwakilan universitas.
Sampai sekarang, polisi sedang menyelidiki masalah ini.
(*)