Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Mewabahnya virus corona di Indonesia tentu saja membuat sebagian besar masyarakat merasa khawatir.
Menanggapi hal ini tentu saja Pemerintah harus segera melakukan berbagai upaya untuk melindungi rakyatnya.
Selain itu, hal ini harus segera dilakukan agar virus corona tidak semakin menyebar luas dan menginfeksi lebih banyak orang.
Baca Juga: Nikita Mirzani Luapkan Kekesalannya terhadap Penjual Masker dan Hand Sanitizer dengan Harga Mahal
Baru-baru ini Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan untuk melakukan rapid test virus corona secara massal.
"Segera lakukan rapid test dengan cakupan lebih besar," ujar Presiden Jokowi, dikutip Grid.ID dari kompas pada Minggu (22/3/2020).
Jokowi berharap dengan adanya rapid test ini masyarakat dapat mendeteksi virus lebih awal.
Baca Juga: Darius Sinathrya Pamer Foto Peluk Anak Gadisnya, Reaksi Netizen: Mas, Pengin Jadi Anaknya..
Namun masih banyak masyarakat yang belum tahu bagai mana kinerja dari rapid tes ini.
Jadi, tes ini tidak akan dilakukan untuk semua orang yang ada di Indonesia.
Namun, rapid test ini hanya dilakukan untuk orang-orang yang telah terlibat dengan pasien positif corona.
Melansir Informasi Ox.ac.uk, para ilmuan Departemen Teknik Universitas Oxford dan the Oxford Suzhou Centre for Advanced Research (OSCAR), memyampaikan apabila pihaknya telah mengembangkan teknologi pengujian cepat untuk virus corona baru SARS-CoV-2 (COVID-19).
Bersama tim yang didampingi oleh Prof Zhanfeng Cui dan Prof Wei Huang, telah bekerja untuk meningkatkan kemampuan uji coba ketika virus menyebar secara internasional.
Mulanya tes ini memerlukan instrumen yang rumit dan memerlukan waktu 1,5 hingga 2 jam.
Setelah dilakukan pengembangan, para peneliti akhirnya menemukan tes terbaru untuk memberikan hasil dalam waktu yang lebih singkat yakni 30 menit.
"Kelebihan tes baru ini terletak pada desain deteksi virus yang secara khusus dapat mengenali fragmen RNA dan RNA SARS-CoV-2 (COVID-19)," jelas Prof Wei Huang.
Bahkan tes ini memiliki pemeriksaan bawaan untuk mencegah positif atau negatif dengan hasil yang akurat.
Selain itu, alat deteksi ini dikatakan sangat sensitif sehingga pasien yang tahap awal infeksi dapat diidentifikasi lebih cepat.
Test ini juga dapat membantu mengurangi penyebaran virus corona dan hasilnya pun dapat dibaca mata telanjang.
Teknologi ini disebutkan hanya membutuhkan blok panas sederhana yang mempertahankan suhu konstan untuk transkripsi balik RNA dan amplifikasi DNA.
Sementara itu melansir dari cdc.gov, untuk rapid test disebutkan paling sering menggunakan format dipstick atau kaset.
Sampel darah yang dikumpulkan dari pasien diaplikasikan pada bantalan sampel pada kartu tes bersama dengan reagen tertentu.
Sementara itu, Rapid test ini dapat memberikan hasil dalam waktu yang cukup singkat yakni sekitar 20 menit.
Setelah 15 hingga 20 menit dapat dilihat apakah keberadaan pita khusus di kartu tes menunjukkan pasien positif terinfeksi atau tidak.
Mulanya Rapid test sempat disetujui untuk digunakan di dunia endemis malaria untuk mendeteksi 2 jenis antigen malaria.
(*)