Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Suminar
Grid.ID - Di era millennials seperti saat ini, teknologi semakin berkembang dengan sangat cepat.
Untuk itu tenaga kerja di nidang Sains, Teknologi, Mesin, dan Matematika (STEM) semakin dibutuhkan.
Namun sayangnya jumlah wanita yang tertarik pada industri ini sangatlah minim.
Saat ini, jumlah perempuan yang mengejar pendidikan dan karir di bidang STEM masih tergolong rendah meskipun teknologi telah berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir.
(BACA JUGA: Cerita Annisa Trihapsari yang Kini Geluti Bisnis Hijab dengan Harga Terjangkau)
Faktanya, hanya 1 dari 4 anak perempuan berusia 12 sampai 19 tahun di kawasan Asial yang mengetahui sosok wanita di bidang STEM.
Studi MasterCard juga menunjukkan bahwa perempuan merasa tidak cukup mampu berkompetisi di bidang STEM dan meresa mereka tidak akan sukses jika menekuni industri STEM.
Menyambut hari Kartini pada tanggal 21 April mendatang, Microsoft mengadakan sharing session dengan tema Inspirasi Perempuan Muda Indonesia di Bidang STEM bersama 3 wanita inspiratif dalam bidang STEM.
Ketiga wanita tersebut adalah Nina Wirahadikusumah selaku Enterprise Commercial Director Microsoft Indonesia, Alamanda Shantika sebagai Founder BINAR Academy serta Hanifa Ambadar, Founder & CEO jaringan media digital, Female Daily Network.
(BACA JUGA: 4 Hal yang Bikin Kepercayaan Orang Lain Hilang)
Microsoft Indonesia melihat masih terbukanya kesempatan pemberdayaan perempuan muda Indonesia untuk terjun dan memecahkan kesenjangan dalam industri STEM.
Hal tersebut bisa dilakukan melalui pembekalan dan edukasi sejak dini.
"Microsoft percaya bahwa ada tiga area kunci untuk mendorong perempuan muda untuk masuk ke dalam karir yang berhubungan dengan STEM," kata Nina Wirahadikusumah saat ditemui Stylo Grid.ID, di Soulbox, Jakarta, pada Rabu (18/04).
Beliau mengungkapkan bahwa tiga area kunci itu adalah meningkatkan eksposur dengan tokoh panutan di bidang STEM, menciptakan peluang dengan pengalaman langsung yang menunjukkan bagaiman STEM dapat membentuk masa depan dan membantu seseorang membayangkan masa depan bersama STEM.
Selain itu persepsi dan stigma masyarakat tentang industri STEM yang berkaitan dengan sifat maskulin itu harus dipatahkan.
(BACA JUGA: Tak Perlu Takut, Ini 7 Tips dan Trik Menghadapi Bawahan yang Lebih Senior dari Kita)
Sejalan dengan Nina, Alamanda Shantika menhungkapkan bahwa wanita juga mampu menjadi bagian dari industri STEM.
"Enginering sangat maskulin, gitu ya stigma masyarakat. Tapi sekarang jangan dilihat dari suatu maskulinitas, teknologi bukan skedar buat aplikasi tapi membentuk cara berpikir, dan wanita itu bisa melakukannya. Harus ada pengalaman lanhsung, dari situ perempuan muda akan mendapatkan keahlian yang berharga seperti pemikiran kristis, kreativitas, pemecahan masalah, dan keterampilan " ujar Alamanda.
Selain itu, sekolah - sekolah juga dapat mengimplementasikan pengalaman langsung untuk siswi di usia muda dengan menggunakan perangkat yang akrab dengan siswi, seperti tablet dan PC.
Teknologi itu sendiri dapat membantu siswi dalam mempelajari bidang studi STEM dengan cara yang lebih mudah dicerna.
Hanifa Ambadar juga mengungkapkan bahwa sebaiknya lingkungan sekolah dan keluarga tidak membatasi para wanita muda yang ingin terjun di industri STEM.
"Sekolah-sekolah saat ini bisa mengubah persepsi anak perempuan terhadap bidang STEM dengan cara memberikan eksposur terhadap role model bagi siswa perempuan melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh perempuan setempat, seperti alumni, yang menekuni bidang STEM untuk berbagi cerita bahwa perempuan berperan sangat penting dalam bidang STEM," papar Hanifa Ambadar.
Selama 23 tahun terakhir, Microsoft Indonesia telah bermitra dengan pemerintah Indonesia untuk membantu generasi muda, termasuk perempuan muda Indonesia untuk mengembangkan keterampilan digital. (*)