Find Us On Social Media :

Perpustakaan Keledai: Kisah Pria yang Bertekad Mengirimkan Buku Hingga Pelosok Desa

By Aditya Prasanda, Kamis, 19 April 2018 | 16:46 WIB

Luis Soriano dan perpustakaan keledainya

Di desa La Gloria, Kolombia memiliki buku bukanlah perkara mudah. Keadaan ini lantas memantik Luis Soriano bertekad menyusuri pelosok desa-desa terpencil demi satu misi mulia, mengantarkan harapan bernama 'informasi'.

Grid.ID - Menggunakan dua keledai, Luis Soriano menyisir jalanan kering di desa-desa terpencil Kolombia.

Pelana keledainya tampak penuh, maklum 70 buku ia boyong nyaris setiap hari.

70 buku itu telah ia seleksi dari 1.700 buku 'layak baca untuk anak' yang ia miliki.

Jasad Saddam Hussein Hilang dari Liang Lahat: Mengenang Reaksi Bush Paska Kematian Sang Diktator Belasan Tahun Silam

Sementara di rumahnya, guru bahasa Spanyol itu mengoleksi total sekitar 3.000 buku dari bermacam jenis bacaan.

Di antara 70 buku wajib yang ia bawa, Soriano kerap menyisipkan buku geografi, literasi Spanyol, sejarah, bacaan anak, kamus dan banyak lainnya.

Hari ini, Kamis (19/4/2018) tepat 20 tahun Soriano menyisir desa demi desa di Kolombia; menjadi duta baca di antara sapuan pasir dan hawa panas khas Amerika Selatan.

Bersama kedua keledainya, Alfa dan Beto, ia konsisten menggelar perpustakaan berjalan. Melalui perpustakaan berjalan itulah, Soriano 'menyambung' bahan bacaan pada anak-anak setempat.

Apa yang Terjadi Jika Senjata Api Dilenyapkan dari Muka Bumi?

Perpustakaan berjalan itu akrab dikenal sebagai 'Boblioburro' alias 'Perpustakaan Keledai'.

Selama puluhan tahun bergerilya menyambung buku dari satu desa ke desa lain, Soriano mengungkapkan alasannya konsisten melakukan 'pekerjaan amal' itu.

"Saya senang melihat anak-anak begitu gembira mengambil buku yang mereka minati. Anak-anak akan menemukan kejutan di dalam buku yang mereka pilih" ungkap Soriano.

Menyaksikan anak-anak begitu bahagia membaca buku merupakan kesenangan yang tak tergantikan bagi Soriano.

"Bahagia bisa melihat mereka tertawa cekikikan membuka halaman demi halaman yang mereka baca. Setiap buku memiliki kejutan dan imajinasi akan membantu menuntun mereka menemukan hal-hal luar biasa dari buku." ujar Luis Soriano.

Di Balik Kecanggihan Kamera Pengintai Tiongkok: Benarkah ini Ancaman Serius Bagi Kebebasan Berpendapat Rakyatnya?

Setiap kali Soriano mengunjungi sebuah desa, sekitar 25 anak dari berbagai sekolah, dengan rentang usia sekitar 6 hingga 12 tahun akan belajar bersamanya di sebuah kelas.

Seperti itulah Soriano menjalani 20 tahun aksi gerilya-nya.

Namun meski tekadnya tulus dan luhur, 'perpustakaan keledai' Soriano bukan tanpa aral.

Suatu kali pernah Soriano dihadang aparat militer setempat.

Ia dipaksa menjalani pemeriksaan keamanan, sekujur tubuhnya digeledah, buku-bukunya diperiksa.

Pemerintah Dinilai Lamban Tangani Jembatan Babat Widang, Inikah Penyebab Ambruknya Jembatan Berusia Puluhan Tahun itu?

"Militer sayap kanan pernah menggeledah saya. mereka begitu khawatir apa yang rutin saya lakukan di desa-desa merupakan aksi untuk menyusupkan paham-paham anti pemerintah" kenang Soriano.

Hari ini, nama Louis Soriano kian harum seiring kisahnya diangkat di seluruh dunia.

Sementara dirinya tak kenal lelah menyisir desa-desa kecil demi menyambung bahan bacaan anak-anak setempat, satu mimpinya tak akan pernah surut: ia ingin desanya jadi pusat kebudayaan literasi.

Hail Soriano! (*)