Grid.ID - Sekitar empat tahun lalu, tepatnya pada 16 April 2014 akan menjadi hari yang dicatat sebagai salah satu lembaran kelam sejarah transportasi Korea Selatan.
Saat itu, terjadi sebuah tragedi tenggelamnya sebuah kapal feri Sewol yang berlayar dari Incheon menuju Jeju.
Dilansir dari laman Kompas pada Senin (16/04/2018), hanya dalam waktu 2,5 jam kapal yang membawa 476 penumpang.
Tragedi tenggelamnya Kapal Sewol menewaskan 304 orang.
Sebagian besar dari mereka adalah siswa dari SMA Danwon yang tengah berlibur menjelang ujian.
Dalam tragedi ini, hanya ada 172 orang yang selamat karena ditolong oleh kapal-kapal nelayan dan kapal lainnya yang tiba di lokasi 40 menit setelah kedatangan pasukan penjaga pantai Korea Selatan.
Kapal Sewol merupakan kapal feri buatan Jepang pada 1994.
(BACA:Facebook Akan Ditutup Pada 24 April, Hoaks Ngga nih?)
Kapal itu kemudian dibeli perusahaan Chonghaejin Marine pada 2012 lalu.
Pihak Chonghaejin Marine kemudian memodfikasi kapal ini hingga mendapat sertifikat kelayakan berlayar.
Setelah direnovasi, kapal ini bertambah 239 ton, sehingga berat total kapal ini menjadi 6.825 ton dengan tambahan penumpang 116 orang.
AKhirnya, Kapal Sewol resmi beroperasi pada 15 Maret 2013.
Setiap pekannya, Sewol melakukan tiga perjalanan pulang pergi dari Incheon menuju Jeju yang berjarak sekitar 425 kilometer dengan durasi 13,5 jam.
Pada 15 April 2014, Sewol dijadwalkan meninggalkan pelabuhan Incheon pada pukul 18.30 waktu setempat.
Namun, keberangkatan kapal itu harus ditunda karena adanya kabut tebal yang membuat jarak pandang menjadi kurang dari 1 kilometer.
(BACA:Sosok Barbara Bush dalam Kenangan Jenna B Hager Melalui Sebuah Surat, Isinya Mengharukan)
Sekitar pukul 20.35, peringatan tentang minimnya jarak pandang dicabut dan kapal Sewol diberangkat pukul 21.00 waktu setempat setelah semua kondisi terkait keamanan pelayaran diperiksa.
Saat tragedi itu terjadi, Kapal Sewol dinakhodai oleh Lee Joon Seok (69) yang merupakan nakhoda pengganti.
Lee telah memiliki pengalaman di bidang pelayaran selama 40 tahun dan sudah sering berlayar dengan rute Incheon-Jeju.
Saat itu, kapal Sewol melintasi Selat Maenggol yang memang dikenal dengan arus airnya yang deras.
Awalnya semua baik-baik saja.
Keadaan menjadi genting ketika kapal Sewol melintasi Selat Manggeol yang dikenal karena arusnya yang kuat.
Anehnya, yang bertugas menjaga anjungan itu justru seorang perwira ketiga yang tidak memiliki pengalaman.
(BACA:6 Fakta Unik tentang FBI yang Sulit Dipercaya, Penasaran?)
Kabarnya,perwira muda ini melihat sebuah kapal yang melaju ke arah Sewol.
Karena khawatir terjadi tabrakan, ia pun memerintahkan kapal agar berbelok.
Sayangnya, petugas pengemudi membelokkan arah kapal terlalu tajam hingga kehilangan keseimbangan yang mengakibatkan kargi kapal bergeser ke satu sisi.
Kapal itu miring dan tak bisa tegak kembali pada ujungnya, dan terjadilah tragedi itu.
Kabar tentang Sewol yang berada dalam masalah muncul pertama kali ketika seorang pelajar menggunakan ponselnya menghubungi pasukan penjaga pantai untuk meminta tolong.
Saat kapal-kapal pasukan penjaga pantai berdatangan, sang kapten, kepala kamar mesin, serta perwira pertama dan kedua adalah yang pertama kali diselamatkan.
Sementara penumpang dan kru yang berada di dek-dek bawah karena diperintahkan tetap berada di kabin mereka , menemui ajal.
Setelah aparat berwenang melakukan investigasi, pada 17 April 2014, pasukan penjaga pantai Korea Selatan menyimpulkan "berbelok tanpa sebab dan tiba-tiba" menjadi penyebab utama tenggelamnya Sewol.
Selain itu, kelebihan muatan juga dianggap sebagai salah satu faktor tenggelamnya Sewol
Setelah terjadi tragedi menyedihkan itu, beredar sebuah video berdurasi 10 menit yang menampilkan Kapten Lee melarikan diri dari anjungan di saat kapal sudah mulai miring.
Video itu tentunya memicu kritik tajam dari dunia maya.
Banyak yang menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh Kapten Lee.
Mereka tidak menyangka jika Kapten Lee hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri.
Namun akhirnya, kapten dan sejumlah awak kapal telah dihukum penjara karena dianggap gagal melindungi penumpang.
Selain kapten dan beberapa kru kapal yang menjadi tersangka, salah satu korban selamat tragedi Kapal Sewol adalah seorang wakil kepala sekolah.
Ia berhasil selamat dari tragedi tenggelamnya Kapal Sewol ini.
Namun, pada akhirnya ia ditemukan tewas.
Hal ini seperti yang dikutip Grid.ID dari laman Tribun Kaltim terbitan 19 April 2014, wakil kepala sekolah itu ditemukan gantung diri di sebuah pohon yang ada di luar gym besar tempat keluarga korban menginap.
Menurut penuturan polisi, pria yang diketahui bernama Kang Min-gyu ini menghilang sejak Kamis, 17 April 2014 dan kemudian ditemukan sudah menjadi mayat.
Diketahui, Min-gyu merupakan pemimpin dari kelompok wisata yang terdiri dari 325 siswa SMA Danwon.
Ketika ditemukan, terdapat sebuah surat yang menjadi pesan terakhir dari wakil kepala sekolah.
(BACA:5 Fakta Kecelakaan Maut di Mojosongo, Empat Korban Meninggal Dunia)
Di dalam surat itu, ia mengatakan jika kematiannya merupakan bentuk tanggungjawab atas apa yang telah terjadi karena dialah yang memimpin perjalanan.
Ia juga meminta agar tubuhnya dikremasi dan abunya disebar di lokasi kejadian.(*)