Putra pun dilarikan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, dan RSPI Sulianti Saroso (SS), Jakarta Utara.
“RS Persahabatan penuh, juga RSPI SS ditolak (karena) penuh. Ambulans kembali ke RSUD Tarakan,” kata dia sambil mengutip kronologi resmi pihak keluarga.
Namun belum sempat menemukan rumah sakit yang mampu menampungnya, Putra sudah lebih dulu menghembuskan napas terakhirnya.
Putra dinyatakan wafat pada pukul 13.36 di dalam mobil ambulans tanpa dampingan satupun pihak keluarga.
“Beliau kan sudah lansia juga. Mungkin harusnya langsung masuk ICU. Tapi kapasitasnya enggak muat lagi di rumah-rumah sakit utama, jadi enggak tertolong,” jelasnya.
Jenazah Putra kemudian langsung dimakamkan pada sore harinya.
Sesuai dengan prosedur pemulasaraan jasad penderita Covid-19, jenazah Putra dikebumikan tanpa iring-iringan keluarga.
Hal ini tentu membuat anggota keluarga yang ditinggalkan merasa sedih karena tidak bisa mengantarkan Putra ke tempat peristirahatan terakhirnya.
“Enggak boleh dekat-dekat (saat pemakaman). Enggak boleh ikut menguburkan juga. Hanya melihat dari jauh, karena jenazahnya infeksius,”