Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Banyak orang melakukan berbagai cara untuk memproteksi diri dari covid-19.
Pandemi global ini tidak bisa dianggap sepele, karena jumlah korban kian meningkat setiap hari.
Salah satu cara orang mengantisipasinya adalah dengan menggunakan masker.
Baca Juga: Rela Panas-panasan, Via Vallen Pakai Masker Sambil Bagikan Sembako untuk Masyarakat
Penggunaan masker dipercaya dapat mencegah penularan virus corona dari penyebaran lewat udara.
Hal ini harus kita perhatikan baik-baik.
Sebab banyak di antara kita yang menggunakan masker bedah, yang mana bukan untuk pencegah infeksi virus.
Untuk diketahui, masker bedah biasa digunakan dokter saat operasi.
Hal yang sama juga terjadi pada kain lap.
Ia menunjukan efisiensi penyaringan yang relatif tinggi dari mikroorganisme bacillus atrophaeus dan bacteriohage MS2.
Namun, bahan tersebut kurang cocok untuk dijadikan masker wajah karena ketebalannya.
Bahan yang paling cocok untuk dijadikan masker wajah adalah kain sarung bantal dan kaus katun.
Keduanya memberikan efisiensi penyaringan yang baik serta memiliki bahan yang nyaman untuk dijadikan masker wajah.
Melansir dari Covid19.go.id, laman resmi Pemerintah tentang virus corona, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan menyampaikan bahwa masyarakat dapat menggunakan masker kain di tempat umum dan fasilitas lain.
Namun, pengguna masker kain juga perlu untuk menjaga jarak 1 sampai 2 meter untuk mencegah penularan virus Corona.
Hal ini karena penggunaan masker kain ternyata kurang efektif mencegah penularan virus corona dan hanya bisa digunakan sebagai pilihan terakhir.
Kenapa demikian?
“Karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel dan ini tidak disarankan bagi tenaga medis. 40 hingga 90 persen partikel bisa menembus masker. Idealnya dikombinasikan dengan penutup wajah,” ujar Erlina, (1/4/2020).
Menurut dia, terdapat sejumlah mekanisme penularan virus dua di antaranya melalui droplet dan airbone (partikel kecil yang terbawa udara).
Masker kain memang memiliki perlindungan dari droplet, meski kecil.
Tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran tiga mikron hanya 10 sampai 60 persen.
Jadi masih tergolong tinggi penularannya.
“Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada, tapi tidak ada perlindungan terhadap aerosol atau partikel yang airbone,” kata dia.
Lebih lanjut, pengunaan masker kain ini bisa digunakan sebagai pilihan terakhir jika ketersediaan masker bedah sudah sangat langka di pasaran.
Tapi itu pun dengan catatan, yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis, sementara masyarakat sehat dapat menggunakan masker bedah jika keluar rumah atau merawat orang sakit.
“Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua,” kata dia.
Sementara masker bedah, efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen.
Namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker.
“Dan kelemahan lainnya hanya bisa digunakan sekali pakai,” kata dia.
Adapun masker N95, memang tingkat efektifitas pencegahan penularan mencapai 95 persen.
Namun, masker ini tidak boleh dipakai oleh sembarang orang dan menjadi protokol wajib tenaga kesehatan yang harus berkontak langsung dengan pasien penderita.
“N95, masker ini mempunyai proteksi yang baik untuk droplet dan juga memiliki proteksi aerosol. Makanya dianjurkan oleh tenaga medis, bukan masyarakat, dan efektifitasnya cukup tinggi partikel ukuran 0,1 mikron aerosol sampai 95 persen,” jelas dia.
(*)