Tingkat pembunuhan akibat senjata api di Amerika Serikat 25 kali lipat lebih tinggi dari jumlah total korban tewas akibat senjata api di negara-negara maju. Namun hingga ribuan korban jiwa berjatuhan, bak permen karet di toko-toko ritel di Indonesia, senjata api tak sulit ditemukan di negeri Paman Sam
Grid.ID - Untuk sekian kalinya, peristiwa penembakan brutal kembali menggegerkan Amerika Serikat.
Pelaku, Travis Reinking (29) kini tengah jadi buronan kepolisian Tennessee.
Minggu (22/4/2018) dini hari, dengan membabi buta, Travis melepaskan tembakan di Waffle House dekat Nashville, Tennessee.
Kontroversi Muntahan Paus Bernilai Miliaran Rupiah
4 orang tewas akibat ulahnya, dan kini polisi menetapkan Travis dalam '10 buronan paling dicari di AS'.
Dari keterangan keluarganya, diketahui Travis mengalami delusi sejak Agustus 2004.
Terlepas dari penyakit yang ia hadapi, persoalan Travis dan rentetan kasus penembakan brutal yang terjadi di AS memiliki benang merah yang sama: sampai kapan akses kepemilikan senjata api yang begitu mudah di AS menelan korban-korban selanjutnya?
Kepemilikan senjata api yang begitu bebas di AS, telah menelan ribuan korban jiwa.
Wajar saja, di AS, senjata api dijual bak permen karet yang tidak sulit kita temukan pada banyak toko ritel di Indonesia.
Sebuah Pameran Mengungkap Kisah Anne Frank dan Sahabat Pena-nya di Amerika Serikat
BBC mencatat sekitar 300 hingga 350 juta penduduk AS memiliki benda mematikan itu.
Sementara bagi pemerintah AS, senjata api merupakan salah satu sumber devisa terbesar negeri Paman Sam.
Lantas jika ingin mengetahui apa solusi yang dapat dilakukan pemerintah Donald Trump demi menjawab persoalan pelik kepemilikan senjata, maka jawabannya akan bergantung pada siapa kita bertanya.
Dari jutaan warga AS, beberapa di antaranya ingin pemerintah mencabut 'hak warga negara dalam memiliki senjata api'.
Sementara sebagian yang lain, merasa senjata api masih sangat dibutuhkan demi perlindungan diri.
Perpustakaan Keledai: Kisah Pria yang Bertekad Mengirimkan Buku Hingga Pelosok Desa
Di luar segala perdebatan itu, tak bisa ditampik, senjata api merupakan salah satu benda paling mematikan sepanjang sejarah peradaban manusia.
Tercatat sekitar 500 ribu orang di seluruh dunia tewas akibat senjata api setiap tahunnya.
Lantas, seberapa mematikan pengaruh kepemilikan senjata api di negara produsen senjata api terbesar di dunia, Amerika Serikat?
1. Kematian akibat senjata api di AS begitu tinggi
Berdasarkan riset yang dikeluarkan BBC baru-baru ini, tingkat pembunuhan akibat senjata api di Amerika Serikat 25 kali lipat lebih tinggi dari jumlah total korban tewas akibat senjata api di negara-negara maju.
2. Senjata api memicu bunuh diri
Sekitar 60% dari 175.700 korban tewas akibat senjata api di AS disebabkan oleh bunuh diri.
"Lebih dari 80% percobaan bunuh diri menggunakan senjata api berujung kematian. Dan peluang mereka untuk bertahan hidup sangatlah rendah." papar kriminolog dan sosiolog, Tom gabor, penulis buku Confronting Gun Violence in America.
3. Senjata api membuat pria berperilaku lebih agresif
Sementara itu data lain menyebutkan, keberadaan senjata api dapat membuat pria berperilaku lebih agresif.
Akibatnya, sebuah riset mengungkapkan, setiap bulan, 50 wanita AS terancam ditembak mati oleh pasangannya sendiri.
4. Di AS, ribuan warga tewas akibat polisi gunakan senjata api
Dari ribuan orang yang tewas akibat polisi menggunakan senjata api, tak jarang penembakan-penembakan itu dilatari alasan rasial.
5. Penggunaan senjata api diperketat, tingkat pembunuhan lebih rendah
Sebuah studi tahun 2017 mengungkapkan negara bagian AS yang menerapkan perundang-undangan senjata api yang ketat, memiliki 'tingkat pembunuhan akibat senjata api' yang lebih rendah dibanding negara-negara bagian lainnya. (*)