"Jika diantara kami ada yang hamil maka akan dipulangkan sampai melahirkan lalu baru bertugas kembali." ujar Cpl Huitt.
Lain lagi dengan seorang personel wanita lainnya bernama Turner.
Ia mengatakan identitas mereka yang bekerja di bunker itu harus disembunyikan, tak boleh ada yang tahu.
"Karena itu rahasia mungkin adalah alasan utama, tidak pernah didokumentasikan juga bahwa para wanita ini selama bertahun-tahun menjadi mata telinga bagi negara Inggris terhadap ancaman misil nuklir."
Kesembilan perempuan yang bekerja di bunker Holmpton memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kewajiban mereka.
Salah satu wanita personel pengoperasi radar lainnya bernama Ann Metcalfe mempunyai tugas tak kalah pentingnya.
Ia bertugas menghitung ukuran dan posisi rudal nuklir ketika sudah diluncurkan.
Ann mengatakan "Saya menjadi pengawas triangulasi, bertanggung jawab untuk menghitung ukuran dan posisi bom."
"Kami memiliki tabel penghitung yang akan menghitung dengan tepat seberapa besar bom itu."
Ann juga bersyukur bahwa akhirnya perang dingin berakhir dan tak ada satupun rudal nuklir yang diluncurkan.
"Karena pada waktu itu saya punya suami di rumah dan dua anak kecil.
"Di belakang pikiran Anda, Anda berharap (serangan nuklir) tidak akan pernah terjadi," katanya.
Namun jika serangan nuklir terjadi maka Ann malah berharap bom itu menimpa langsung di atap rumahnya saja.
"Saya selalu berpikir jika ada serangan nuklir, saya ingin bom itu mendarat di atas rumah keluarga saya. Tidak mengacau, saya tidak ingin mereka mati perlahan-lahan karena radiasi itu adalah kematian yang mengerikan." pungkasnya. (*)