Cacat pada bagian kelamin merupakan salah satu dampak perang yang teramat menyakitkan namun kerap luput dari perhatian khalayak.
Dr Lee menyebut hal ini sebagai 'Luka perang yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata'.
"Kami mendengar beragam kisah yang dituturkan pasangan, keluarga, dan para perawat veteran perang tentang seberapa buruk cacat di bagian kelamin yang korban alami. Hal itu kerap membuat harga diri korban jatuh, dan jelas mengganggu kehidupan seksual mereka" kisah Dr Lee.
Seperti Manusia, Ribuan Karya Seni Juga Ketar-ketir Saat Perang Dunia
Curahan hati pasien
Sementara itu, sang pasien, seorang tentara yang tak ingin disebutkan namanya mengungkapkan perasaanya saat pertama kali terjaga paska berhasil melakukan transplantasi penis dan kantung pelir.
"Pertama kali saya terjaga dari tidur, saya akhirnya bisa merasa kembali normal seperti sediakala" tutur sang tentara lega.
Ia mengalami cacat pada bagian kelamin paska menginjak sebuah bom ketika bertugas di Afghanistan.
Tim dokter berharap tentara itu akan pulih secara total dalam 6 hingga 12 bulan ke depan.
"Kami berharap transplantasi ini membantu para korban perang untuk dapat kembali menikmati hidup dan memiliki fungsi kemih dan kehidupan seksual yang normal" ujar Dr Rick Redett, direktur klinis dari program transplantasi kelamin, Johns Hopkins University.
Keberhasilan transplantasi skrotum (kantung pelir) ini menyusul keberhasilan transplantasi penis pertama di dunia tahun 2016 di Boston.
Sebelumnya, tahun 2014, ahli bedah di Afrika berhasil melakukan pencakokan penis pertama di dunia. (*)