Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona, masyarakat Indonesia diimbau untuk membatasi diri atau melakukan physical distancing.
Upaya tersebut juga dilakukan dengan cara menerapkan sistem bekerja dari rumah (WFH: Work form home) dan belajar dari rumah.
Remaja dan orang dewasa muda dianggap sebagai kelompok yang paling sulit untuk beradaptasi dengan kondisi sekarang.
Mereka terpaksa tidak bisa berkumpul dengan temannya, mencoba berbagai pengalaman baru, atau mengubah cara belajarnya.
Baca Juga: Jadi Provinsi Pertama yang Terapkan PSBB, Apa yang Akan Terjadi pada Jakarta?
Orangtua diharapkan bisa memberi edukasi terkait kebijakan pembatasan jarak fisik selama pandemi covid-19 ini.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com orangtua bisa mengajak anak membaca berita atau informasi dari sumber-sumber terpercaya agar mereka memiliki pemahaman yang utuh.
“Luangkan waktu untuk berdiskusi, termasuk apa yang bisa mereka lakukan supaya tetap terhubung dengan teman sebayanya, meski terpisah jarak. Hal ini juga termasuk orangtua bisa mengendurkan aturan penggunaan media sosial untuk remaja,” kata pakar kesehatan mental, Ann Murphy.
Orangtua juga bisa mengajak anak mengeksplor aplikasi baru untuk memfasilitasi kebutuhan anak untuk ngobrol dengan temannya.
“Sebagai orangtua kita mungkin tidak mau mendorong anak terus terikat dengan gadget-nya sepanjang hari. Tapi, penting juga untuk mengenali bahwa remaja butuh bersosialisasi dan terhubung dengan sebayanya,” katanya.
Stres merupakan tantangan yang mungkin dihadapi keluarga ketika mereka harus berada di dalam rumah saja, sehingga orangtua juga harus lebih rileks dan peduli pada diri sendiri serta seluruh anggota keluarga.
Murphy menyarankan setiap anggota keluarga untuk membuat rencana waktu privat.
Yang perlu dikletahui, remaja merupakan periode di mana anak akan membuat jarak dari orangtuanya dan mendekat pada teman-temannya.
Hal ini merupakan proses yang normal dan sehat yang akan berlanjut sampai usia dewasa muda.
Komunikasikan dengan anak bahwa kamu sebagai orangtuanya menghormati privasi mereka dan juga waktu untuk sendiri, namun pahami bahwa mereka juga perlu peduli untuk meluangkan waktu bersama keluarga secara utuh.
Selama pembatasan jarak fisik, buatlah rutinitas keluarga yang sehat, misalnya tidur cukup, olahraga ringan, serta mengonsumsi makanan sehat.
Tak ketinggalan kegiatan terjadwal untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan juga waktu beristirahat.
“Wajar jika anak merasa cemas dan juga sedih karena tidak bisa bersekolah, bertemu teman, atau mengikuti kegiatan yang mereka sukai. Terkadang remaja pun akan merasa sedih, marah, dan frustasi,” katanya.
(*)