Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi
Grid.ID - Hari ini tepat 32 tahun pasca ledakan yang terjadi di reaktor nuklir Chernobyl, Ukraina.
Reaktor nuklir Chernobyl terletak di Kota Pripyat, Ukraina, yang pada waktu itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Partikel radioaktif dalam jumlah besar terlepas ke atmosfer bumi dan kemudian menyebar ke wilayah lain di seluruh Uni Soviet bahkan mencapai Eropa.
Tragedi Chernobyl dianggap sebagai insiden nuklir terburuk di dunia, terutama jika dilihat dari hal kerugian finansial dan korban jiwa.
Baca : Mengharukan, Kisah Inspiratif Seorang Ibu Yang Rela Gendong Anaknya Demi Mengikuti UNBK
Bencana ini menewaskan 31 orang dan membutuhkan setidaknya 500.000 orang pekerja untuk upaya pemulihan.
Tragedi Chernobyl mengakibatkan kerugian material sebesar 18 miliar Rubel atau setara dengan Rp 3,5 triliun.
Belum lagi efek jangka panjang radiasi terhadap makhluk hidup yang hingga kini masih diteliti.
Bagaimana Bencana Ini Terjadi?
Baca : Balita Alami Gejala Mirip Masuk Angin dan Alergi, Ternyata Penyakit Ini Berbahaya, Apa ya Kira-kira?
26 April 1986, dilakukan sebuah uji coba sistem di reaktor nomor 4, terletak tak jauh dari perbatasan antara Belarus dan Sungai Dnieper.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba terjadi lonjakan daya yang berbahaya, lalu prosedur darurat untuk mematikan reaktor pun dilakukan.
Prosedur darurat ini bukannya menyelamatkan reaktor nuklir, tapi justru memicu pecahnya reaktor dan serangkaian ledakan.
Api yang dihasilkan dari lekadakn reaktor tersebut kemudian mengirim debu radioaktid ke udara, menyebarkannya ke sebagian besar wilayah Uni Soviet dan Eropa.
Baca : 72 Koleksi Busana Hijab dari Mandjha by Ivan Gunawan Raya Collection 2018 ‘Fatamorgana’
Dampak dari kejadian ini, selama 14 tahun dari tahun 1986-2000 sebanyak 350.400 orang dievakuasi dan dipindahkan.
Terutama mereka yang berasal dari daerah-daerah yang paling terkontaminasi, yakni Belarus, Rusia, serta Ukraina.
Korban tewas terdiri dari pegawai reaktor nuklir dan para petugas penyelamat.
Meskipun begitu, jumlah korban tewas sejatinya masih simpang siur karena Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) menyebutkan bahwa korban tewas berjumlah 64 orang.
Baca : Penuhi Kebutuhan Perempuan, Lacoco dan Cosvie Hadir Tepat di Hari Bumi
Pasca tragedi tersebut, seluruh wilayah Chernobyl terutama dalam radius 30 km dikosongkan dan dilarang dihuni manusia.
Tidak ada orang yang tinggal di sana kecuali beberapa ilmuwan dan 100 orang warga yang menolak untuk meninggalkan rumahnya.
Bagaimana Kondisinya Setelah 'Ditinggal' Manusia?
Bukannya menjadi wilayah yang mati, National Geographic justru melaporkan bahwa wilayah Chernobyl bertransformasi menjadi wilayah dengan keanekaragaman hewani dan hayati.
Baca : 5 Indikasi Masalah yang Sebabkan Gairah Bercinta Hilang Menurut Para Ahli
Sebuah video yang dirilis pada tahun 2016 menampakkan satwa-satwa yang berkembang-biak dengan baik.
Mulai dari kuda, berang-berang, bison, babi hutan. luak, serigala abu-abu, tanuki (sejenis anjing yang menyerupai rakun), dan rubah merah.
Perilaku hewan-hewan ini pun sama seperti apa yang ada di alam liar yang sehat.
Sehatkah Satwa di Chernobyl?
Baca : 3 Inspirasi Mix and Match Feminin Outfit ala Cynthia Ramlan
Pertanyaan ini hingga sekarang masih menjadi perdebatan antarilmuwan.
Peneliti dari Denmark dan University of South Carolina, Amerika Serikat, mengungkap bahwa walaupun hewan-hewan tersebut tampak sehat, sesungguhnya mereka tidak normal.
Ada beberapa bagian dari genetik mereka yang terkontaminasi oleh sisa-sisa bahan radioaktif yang kemungkinan besar masih ada.
Sebuah penelitian dari Badan Nasional Informasi Bioteknologi Amerika Serikat (NCBI) melaporkan bahwa jumlah kupu-kupu, lebah, belalang, capung, dan laba-laba menjadi semakin sedikit, bahkan 20 tahun pasca tragedi.
Baca : Raffi Ahmad Sebut Nagita Slavina Sering Ucapkan kata Cerai Saat Bertengkar
Mereka juga menyebutkan tentang adanya mutasi genetik di beberapa spesies.
Satu hal yang kita tahu, 'zona eksklusif' Chernobyl tidak seburuk itu dalam menghancurkan populasi alam liar di sana.
Berkurangnya jumlah manusia justru membuat alam berkembang menjadi semakin baik.
Apakah ini artinya manusia adalah ancaman besar yang sesungguhnya ketimbang radiasi nuklir? (*)