Find Us On Social Media :

Titik Balik Penting 'Peristiwa Berdarah G30S' Banyak Dianggap Tergambar dari Keputusan Soekarno saat di Halim Ini hingga Membuat Brigjen Supardjo Lesu dan Kecewa

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 10 April 2020 | 19:10 WIB

Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966.

Grid-ID - Pada 1 Oktober 1965 pagi, Presiden Soekarno (Bung Karno) yang sedang berada di rumah Ratna Sari Dewi Sukarno, Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala), Jakarta pada pukul 06.30 WIB sudah siap memasuki mobil dinas untuk menuju ke Istana Merdeka.

Para personel pengawal Presiden yang dikomandani Kompol Mangil pun sudah bersiap melakukan pengawalan.

Tapi sebelum berangkat Bung Karno sempat meminta penjelasan mengenai penembakan di rumah Dr.Leimena dan Jenderal AH Nasution.

Namun Mangil ternyata tidak bisa memberikan penjelasan sehingga membuat Bung Karno sempat marah-marah kepada Mangil.

Baca Juga: Kabar Menggembirakan dari Dokter Spesialis Paru, Wabah Virus Corona Bisa Segera Berlalu Meski Belum Ada Vaksinnya Asal Semuanya Melakukan Ini

Dari pertanyaan Bung Karno kepada Mangil yang merupakan orang kepercayaan Bung Karno itu, rupanya keduanya belum tahu jika pada malam 30 September 1967 telah terjadi aksi penculikan dan pembunuhan para Jenderal TNI AD oleh gerombolan bersenjata yang kemudian dikenal sebagai G30S.

Namun, berdasar situasi pada 1 Oktokber 1965 yang berkembang demikian cepat rencana perjalanan Bung Karno menuju Istana Merdeka dibatalkan.

Apalagi saat itu Istana Merdeka ternyata telah dikepung oleh “pasukan liar berseragam hijau” dari salah satu satuan TNI AD.

Demi keamanan dan keselamatan Bung Karno ketika sedang dalam kondisi darurat, Bung Karno kemudian dibawa ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Halaman selanjutnya...