"Jadi bukan hanya di Gunung Gede dan Gunung Salak yang mendengar petir, di sekitar Gunung Anak Krakatau pada saat bersamaan dengan erupsi itu memang terdapat juga hujan petir, karena saat ini sedang musim hujan disertai petir," katanya.
Terkait dengan suara dentuman, PVMBG sendiri memasang alat bernama infrasound untuk merekam kemungkinan adanya sinyal akustik dari erupsi gunung api.
Namun, infrasound hanya merekam gelombang suara yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia, berbeda dengan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jabodetabek.
"Jadi walaupun dengan alat itu dia terekam, tapi kan frekuensinya berbeda dengan dentuman yang langsung bisa terdengar oleh telinga manusia," katanya.
Oleh karena itu, Nia memastikan suara dentuman menyusul erupsi Gunung Anak Krakatau bukanlah berasal dari gunung tersebut, melainkan dari sumber lain yang belum diketahui secara pasti.
Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, dalam tulisannya di akun Instagram resmi PVMBG KESDM juga sependapat dengan hal itu.
Suara dentuman, kata dia, tidak merefleksikan eksplosivitas erupsi, tidak juga dapat dijadikan indkator akan terjadinya erupsi besar.
"Untuk hal itu PVMBG sudah menerbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna orange," katanya.
Untuk itu, PVMBG mengimbau masyarakat di Pulau Jawa dan Sumatera untuk tidak khawatir terhadap kemungkinan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: Berita Baik! Ahli Virus dan Ahli Dunia Sebut Bahwa Virus Corona Lemah di Musim Panas, Benarkah?
Artikel ini telah tayang di GridHot dengan judul Asal Suaranya Masih Misteri, Bukan Gunung Anak Krakatau, Muncul Dugaan Gunung Ini yang Menjadi Sumber Dentuman, Begini Penjelasan Pakar
(*)