Untuk aktivitas kegempaan, melansir press release dari laman MAGMA Indonesia teramati masih tinggi dan didominasi oleh jenis gempa letusan, gempa guguran, dan gempa hembusan.
Jumlah gempa guguran meningkat sejak tanggal 5 April 2020, sedangkan gempa letusan meningkat sejak tanggal 8 April 2020.
Selain itu, terekam gempa-gempa Vulkanik (Tremor Harmonik, Tremor Non Harmonik, Vulkanik Dangkal, dan Vulkanik Dalam) dalam jumlah yang tidak signifikan.
"Untuk saat ini, potensi bahaya erupsi Gunung Semeru berupa terjadinya letusan abu, guguran material pijar, dan awan panas guguran ke arah Besuk Bang, Besuk Kobokan, dan Besuk Kembar. Serta terjadinya bahaya sekunder berupa banjir lahar," sambung Kristyanto.
Kendati demikian status Gunung Semeru masih sama, yakni berada di level 2 waspada.
"Sejauh ini sekedar memberikan peringatan kepada warga supaya tetap tenang," tutupnya.
Sementara itu, potret Gunung Semeru saat mengeluarkan guguran awan penas sempat diabadikan dan diunggah ke akun Instagram resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Akun tersebut juga menjelaskan ringkasan singkat aktivitas vulkanik yang terjadi di Gunung Semeru.
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahaya Gunung Semeru hingga 17 April 2020, tingkat aktivitas vulkanik G. Semeru dinilai masih dalam Level II (Waspada)."
"Tidak terdeteksi adanya peningkatan ancaman potensi bahaya," tulis pvmbg_kesdm.
(*)