Grid.ID - Perang kolosal besar, Perang Dunia I dimulai dari benua biru Eropa.
Negara-negara yang terlibat Perang Dunia I saling serang hingga tak peduli lagi berapa nyawa manusia yang melayang gara-gara pertempuran itu.
Hingga pihak-pihak yang bertikai menyadari bahwa negara mereka kekurangan Sumber Daya Manusia berupa serdadu atau tentara untuk digunakan dalam pertempuran selanjutnya.
Tak ayal semua lapisan masyarakat dimobilisasi untuk mendukung kemenangan di peperangan.
Liaoning, Ambisi China Memiliki Kapal Induk Sampai Berbohong Untuk Membuat Kasino Terapung
Berkuranganya jumlah pria dewasa dikarenakan tewas dalam pertempuran maka anak kecil yang harus 'dikorbankan.'
Tercatat dalam Perang Dunia I ada sekitar 250 ribu anak dibawah usia 18 tahun yang ikut angkat senjata membela negara.
Salah satu anak yang ikut dalam Perang Dunia I ialah bocah bernama Gavric Momcilo asal Serbia.
Gavric Momcilo merupakan serdadu termuda kalau tak mau dibilang paling kecil karena usianya masih 8 tahun ketika ia masuk dinas ketentaraan resmi Serbia.
Mengerikan, Arkeolog Temukan Situs Pembantaian 140 Bocah Sebagai Persembahan Ritual
Gavric Momcilo lahir pada tanggal 1 Mei 1906 di desa Loznica Serbia Barat.
Momcilo ialah anak kedelapan dari 11 orang bersaudara.
Sebelum Perang Dunia I berkecamuk, Momcilo hanyalah anak kecil biasa.
Namun semuanya berubah ketika tahun 1914 awal babakan dimulainya Perang Dunia I.
Pada tahun tersebut tentara Austria menyerbu desanya, membakar dan membunuhi warga setempat.
Di antara para warga yang terbunuh oleh tentara Austria itu ada kedua orang tua dan tujuh saudara kandungnya, tragis memang.
Momcilo entah bagaimana selamat dari pembantaian massal tersebut.
Dengan instingnya sendiri Momcilo kemudian kabur dari kampung halamannya.
Ia kabur menuju gunung Gucevo untuk mencari bantuan.
Sekonyong-konyong ia malah menemui Divisi Artileri Keenam Serbia yang sedang berada di gunung Gucevo.
Singkat cerita Momcilo memutuskan bergabung ke Divis Artileri Keenam yang ia temui sebagai serdadu resmi negara Serbia pada usia 8 tahun.
Ini menjadikan ia prajurit termuda dalam Perang Dunia I.
Kemudian pada pertengahan Agustus 1914, Momcilo ikut serta dalam bertempur dalam Battle of Cer melawan tentara Austria.
Battle of Cer merupakan debut pertempuran pertama bocah usia 8 tahun itu.
Dalam pertempuran tersebut tentara Serbia menang dan Momcilo kemudian dihadiahi seragam militer resmi serta pangkatnya dinaikkan menjadi Kopral.
Tapi perang belum selesai sampai disitu.
Pada tahun 1915 gantian Austria bersama Jerman menyerang Serbia hingga negara Balkan itu jatuh ke tangan musuh.
Karena kekalahan itu memaksa Momcilo dan para serdadu lainnya yang tersisa melarikan diri ke Yunani.
Pelarian itu bukanlah pelarian yang mudah bagi Momcilo dan kawan-kawan tentaranya.
Mereka harus melewati perbukitan, pegunungan, sungai dan menerobos hutan lebat.
Belum lagi para sisa serdadu Serbia itu harus diburu oleh tentara musuh dan cuaca dingin menusuk tulang yang menyerang mereka.
Namun Momcilo dan serdadu lainnya berhasil sampai di Yunani dengan selamat.
Berkat kegigihannya itu, Momcilo menerima medali kehormatan.
Di Yunani tepatnya di kota Thessaloniki, baru pada umur 10 tahun Momcilo mendapatkan pendidikan dasar formal lazimnya bocah pada usia sedemikian.
Tapi jiwa nasionalisnya kembali terpanggil pada tahun 1916 ketika tentara Serbia hendak merebut kembali tanah air mereka.
Momcilo bergabung kembali ke dinas ketentaraan dan ikut ambil bagian dalam pertempuran Kaymakchalan.
Saat itulah ia bertemu dengan komandan pasukan Serbia, Zivojin Misic.
Betapa terkejutnya Misic ketika ia mengetahui bahwa terdapat anak kecil dalam kesatuan militer yang ia pimpin.
Setelah mengetahui latar belakang Momcilo, Misic kemudian menaikkan pangkat bocah itu menjadi Sersan.
Setelah itu Momcilo selalu terlibat dalam pertempuran untuk membela tanah airnya, termasuk saat Serbia menang dan bersatu dengan negara Balkan lainnya menjadi negara Yugoslavia.
Untungnya ia tak harus meregang nyawa dalam peperangan dan hanya mengalami cedera ditubuhnya.
Namun setelah Perang Dunia I usai, nasib sial menghampiri Momcilo yang saat itu sudah beranjak remaja.
Pada tahun 1929 ia dituduh melarikan diri dari dinas militernya.
Juga tragisnya para petinggi militer saat itu tak mempercayai bahwa Momcilo sudah ikut bertaruh nyawa dalam Perang Dunia I membela negaranya walaupun sudah ada bermacam bukti di pengadilan.
Sialnya lagi saat Perang Dunia II berkecamuk Nazi Jerman menangkap Momcilo dan ia dipaksa kerja rodi di kamp konsentrasi Beograd.
Belum selesai kesialan Momcilo yang sempat jadi pahlawan cilik negaranya.
Setelah Perang Dunia II usai, ia malah dituduh pemerintahannya sendiri telah bersekongkol dengan Nazi saat perang berlangsung dan terancam hukuman mati.
Tapi untungnya ia lolos dari hukuman mati tersebut setelah tak ada bukti yang mendukung tuduhannya.
Momcilo kemudian hidup sebagai warga sipil biasa setelah pergolakan tersebut, ia kemudian meninggal pada usia 87 tahun 1993.(Seto Aji/Grid)