Find Us On Social Media :

Sering Dianggap Sehat, Ternyata Ini Resiko Bayi yang Lahir dengan Berat Badan Besar

By Haviera Rahma , Minggu, 29 April 2018 | 17:46 WIB

Dr. Bram Pradipta dalam acara Mother and Baby Fair 2018 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Minggu (29/4/2018).

(BACA: Pertama Kali Ke Hongkong, 7 Hal Wajib Tahu Buat Muslim Traveler)

Hal ini biasanya terjadi pada ibu yang melahirkan bayi besar dengan persalinan normal.

“Kalau misalnya dipaksa lahir normal, tentu proses persalinannya jadi macet. Ada juga kejadian distopia bahu, kepala sudah lahir tapi bahunya enggak lahir.”

“Kalau bahunya enggak lahir ada resiko juga untuk bayinya. Ada beberapa tindakan untuk bisa melahirkan seperti dipatahin bahunya. Itu kan tentu menimbulkan resiko kesakitan pada bayi,” tutur Dr. Bram Pradipta.

(BACA: Gavric Momcilo, Bocah Usia 8 Tahun yang Sudah Menjadi Serdadu, Ada Kisah Tragis di Balik Keiikutsertaannya dalam Perang)

Selain itu, bayi tersebut juga memiliki resiko lebih tinggi terjadi kencing manis, obesitas, dan juga sakit jantung.

Dampak tersebut biasanya akan dirasakan saat anak sudah berumur 40 sampai 50 tahun.

Berat badan bayi yang masuk ke dalam kategori normal ialah 2,5 kg sampai 4 kg.

(BACA: Jarang Perlihatkan ke Publik, Hotman Paris Akhirnya Ungkap Makna Tato Angka 6 yang Ada di Lengannya!)

Jika berat badan bayi berada di antara 1,5 kg sampai 2,5 kg, maka telah masuk kategori underweight atau kurang berat.

“Di atas 4 kg itu terlalu besar, namanya makrosomia. Jadi, besar itu bukan berarti sehat,” tambah Dr. Bram Pradipta.

Jika bayi yang dilahirkan memiliki berat badan di atas 4 kg, persalinan dengan jalur caesar lebih disarankan oleh dokter tersebut. (*)