Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Pandemi corona membuat pemerintah harus bertindak tegas untuk mencegah penyebarannya.
Seperti yang sudah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, Nadiem mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait proses pelaksanaan belajar mengajar selama masa pandemi corona.
Salah satunya adalah kebijakan untuk belajar di rumah.
Namun ternyata dalam pelaksanaannya, kebijakan ini belum berjalan dengan baik.
Pasalnya, masih ada siswa-siswi yang tidak memiliki handphone (HP) ataupun TV sebagai sarana pembelajaran.
Kenyataan ini lah yang kemudian mengetuk hati guru asal Sumenep, Jawa Timur, bernama Avan Fathurrahman untuk memberikan pengajaran secara langsung dengan mendatangi rumah muridnya satu persatu.
Awalnya, Avan mengaku bimbang atas keputusannya ini.
Sebab dengan mendatangi rumah muridnya satu persatu sama saja dia melanggar anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah.
"Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu, tapi tentang imbauan Mas Menteri agar bekerja dari rumah,"
"Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar di rumah. Jikapun punya, dana untuk membeli kuota internet akan membebani wali murid," tulis Avan di akun Facebook pribadinya.
Bahkan ketika ada wali murid yang bercerita hendak meminjam uang untuk membeli smartphone, Avan melarangnya.
Sebab, menurut Avan, belajar tak melulu menggunakan HP.
"Beberapa minggu yang lalu, ada salah seorang wali murid yang bilang ke saya akan mencari pinjaman untuk membeli smartphone. Saya terkejut mendengarnya, lalu pelan-pelan saya bicara. Saya berikan pemahaman bahwa belajar di rumah tidak harus lewat HP,"
"Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah," tulis Avan.
Lalu ketika Avan mengetahui TVRI akan menyediakan tayangan edukasi untuk siswa, dirinya pun mengaku sedikit lega.
Meski lagi-lagi, sebagian muridnya juga tidak mempunyai TV untuk mengikuti siaran pembelajaran pemerintah tersebut.
"Saat TVRI menyediakan tayangan edukasi untuk siswa, saya sedikit lega. Kemudian saya menjelaskan kepada siswa dan murid untuk mengikuti pelajaran di TVRI itu,"
"Tapi, lagi-lagi saya harus menelan ludah. 3 dari 5 siswa saya tidak punya Televisi di rumahnya," tulis Avan.
Guru SDN Batuputih Laok 3, Desa Batuputih Laok, Kecamatan Batuputih itu pun membuat jadwal kunjungan ke rumah siswanya.
Setidaknya Avan melakukan kunjungan sebanyak tiga kali dalam seminggu.
Pengorbanan Avan ini pun bisa dibilang tidak mudah karena jarak antar rumah siswa yang jauh dengan medan yang terjal.
"Jadi, di masa pandemik ini, saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu,"
"Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa," tulisnya.
Di akhir unggahan Facebooknya itu, Avan juga meminta maaf karena belum menjadi guru yang baik.
Pasalnya, dengan aksinya ini ia merasa belum bisa mencontohkan perilaku yang baik kepada para siswa.
"Saya harus melanggar imbauan pemerintah. Jadi jelas, saya belum menjadi guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah,"
"Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi?" ungkapnya.
(*)