Pada 2017, mereka sempat menjadi sorotan nasional ketika otoritas domestik menyetujui vaksin perusahaan ini sebagai kandidat pertama Tiongkok untuk Ebola.
Vaksin ini dikembangkan dalam kemitraan dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer yang dikelola militer di Beijing.
CanSino mengatakan upaya vaksinnya saat ini didasarkan pada teknologi yang dikembangkan dalam memproduksi vaksin Ebola.
Media Tiongkok pun menyebut upaya perusahaan ini sebagai demonstrasi kemampuan penelitian yang kuat di negara itu.
Selain itu, Yu telah mengisyaratkan keterbukaan dalam bekerja sama secara internasional dalam menemukan vaksin.
Dia juga telah menandatangani pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mendesak lebih banyak koordinasi global dalam upaya pengembangan vaksin Covid-19.
Pada saat yang sama, Dr. Chen Wei, seorang jenderal Tiongkok yang memimpin tim vaksin militer bermitra dengan CanSino, menyebut bahwa misi penemuan vaksin ini sama dengan memberikan Tiongkok perisai biologis dari ancaman luar.
Baca Juga: Kabar Gembira, Virus Corona Dikatakan Pakar IDI Bisa Mati dengan Sendirinya, Begini Penjelasannya!
Sinovac Biotech
Sinovac Biotech didirikan di Beijing pada 2001 oleh CEO Yin Weidong dan timnya untuk mengembangkan vaksin hepatitis A pertama yang diproduksi di dalam negeri.
Sejak itu, perusahaan telah mengembangkan enam vaksin lain yang layak secara komersial.
Saat ini, Sinovac Biotech memiliki nilai pasar lebih dari 400 juta dollar AS.